Tampilkan postingan dengan label bisnis internasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bisnis internasional. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 Oktober 2010

BISNIS INTERNASIONAL OLEH PERUSAHAAN NONMULTINASIONAL

Untuk mengoperasikan perusahaan dalam lingkungan internasional yang rumit dari sudut pandang seseorang atau perusahaan yang baru saja akan merambah skala internasional maka hal yang harus  dicermati adalah tentang bagaimana melakukan internasionalisasi dan apa saja yang termasuk dalam aktivitas alternatif atas ekspor.

Bagaimana Memasuki Bisnis Internasional
            Untuk memasuki internasional, seorang pengusaha harus menemukan pasar luar negeri terlebih dahulu. Biasanya pada saat permulaan mengekspor, kebanyakan bisnis yang kecil dan perusahaan nondagang terdiri dari penerimaan pesanan yang tidak dicari dari suatu pelanggan di luar negeri, yang selanjutnya dari usaha kecil-kecilan ini ternyata mampu dibangun dan berkembang menjadi sebuah kerajaaan bisnis.
            Pada waktu pesanan yang tidak dicari jumlahnya meningkat, perusahaan yang bersangkutan akan mendapatkan suatu bagian ekspor yang menuntut perhatian yang makin besar dari manajemen. Untuk itu perusahaan dapat mengupah seorang manajer ekspor untuk mengurus pekerjaan tata usaha, menambah staf bilapekerjaan bertambah, dan barangkali pada suatu waktu mengembangkan suatu divisi penjualan ekspor sepenuhnya. Dari sinilah perusahaan biasanya mulai berpikir untuk menggali pasar luar negeri secara aktif, tapi biasanya proses ini memerlukan beberapa tahun untuk bisa dikatakan berhasil.
            Faktor kunci untuk memilih pasar ekspor adalah keserupaan persyaratan produk dan selera serta biaya transport yang lebih rendah karena ini menjadi suatu hal yang menguntungkan dari segi pendekatan budaya dan psikologik. Untuk penilaian potensi pasar di Negara calon, biasanya ada beberapa sumber yang berguna, diantaranya adalah melakukan spesialis perdagangan ekspor di kantor wilayah Departemen Perdagangan yang terdekat dimana spesialis ini dapat menentukan apakah produk serupa sudah diekspor ke negara mana, oleh siapa dan dalam jumlah berapa. Untuk Negara lain dapat diselidiki dengan pertolongan Global Market Survey dan Country Market Surveys yang dilakukan oleh kantor itu. Negara yang sudah dikenali dapat dipelajari secara lebih rinci melalui Overseas Business Report yang menyediakan data latar belakang dasar mengenai setiap negara spesifik.
            WSetelah menemukan pasar luar negeri, selanjutnya calon eksportir dituntut untuk menawarkan harga yang benar, karena persoalannnya adalah dalam menawarkan harga, eskalasi harga yang disebabkan karena tariff, biaya, dan transportasi perlu dipertimbangkan. Pemecahan yang pasling sedrhana dan paling kurang efektif adalah menewarkan harga free on board (FOB) factory yang berarti bahwa pelanggan harus membayar semua biaya sekali produk yang bersangkutan setelah meninggalkan pabrik. Penawaran lain yang lebih efisisen dan berorientasikan pasar adalah biaya, asuransi, dan angkutan (CIF) yang dalam hal ini penjual mengambil tanggung jawab atas tiga unsure biaya tersebut sampai ditunjuknya suatu pelabuhan luar negeri yang mungkin saja gudang pelanggan sendiri.
            Dalam hal pembayarannya, pada dasarnya terdiri dari lima metode yaitu tunai di muka, rekening terbuka, konsinyasi, letter of credit (LC), dan tagihan documenter. Pilihan pembayaran yang paling lazim digunakan dalam mengekspor adalah  letter of credit dan tagihan documenter yang pembayarannya dlakukan bergantung pada keadaan penerimaan barang yang telah ditetapkan oleh pembeli.
            Disebabkan karena kesulitan bagi banyak pembeli dalam membayar tunai di muka dan banyaknya resiko, masalah pendanaan suatu transaksi penjualan seringkali penting dala operasi ekspor. Dikebanyakan negara bank merupakan sumber utama untuk pendanaan perdagangan, bantuan pemerintah pun merupakan sumber pendanaan. Kebanyakan Negara juga menawarkan sutu bentuk perangsang ekspor yang terdiri dari pemebebasan pajak pada pendapatan ekspor. Dalam beberapa hal pemerintah Jepang telah menghapuskan kewajiban pajak semacam itu. Dala persaingan internasional yang berlangsung ketat, pertimbangan pendanaan ekspor memberikan jenis keunggulan kompetitif yang dapat mengadakan atau membatalkan penjualan.
            Untuk masalah pengiriman biasanya para eksportir menggunakan jasa ekspenditur angkutan yang mengadakan spesialisasi dalam pengiriman ke seberang lautan. Dokumen pengiriman yang diperlukan untuk pabean dan prosedur pembayaran meliputisurat muatan, lisensi ekspor, serta sertifikat asuransi, tempat asal, dan pemeriksaan. Ekspenditur angkutan akan dapat menangani pengiriman barang dan pekerjaan administrasi yang bersangkutan  dan juga memberikan saran mengenai jenis kapal dan pengurusan  yang meungkin paling tepat. Setelah mendapatkan agen yang dapat dipercaya, seringkali dikembangkan hubungan jangka panjang yang membuat minimum biaya transaksi yang terkait dalam perundingan kembali setiap pengiriman tertentu. Prosedur ini menyederhanakan sebagian besar urusan bagi eksportir dan membuat tidak diperlukannya penempatan personalia sendiri.

Departemen Ekspor Eksternal
            Perusahaan manajemen ekspor (EMC) adalah bisnis independen yang bertindak sebagai departemen ekspor dari beberapa pabrikan yang nonkompetitif. Perusahaan ini pada umumnya diberi kuasa untuk mengadakan transaksi bisnis atas nama pabrik klien dan dibayar atas dasar suatu komisi pada jumlah penjualan yang menjadi transaksi. Sedangkan konsorsium ekspor kelompok bisnis ukuran kecil yang bekerja sama membentuk sebuah organisasi yang agak besar yang berguna untuk menghasilkan penghematan pendapatan. Konsorsium ini serupa dengan koperasi produsen dan melakukan banyak pekerjaan administrative yang diperlukan untuk ekspor.
Lembaga yang paling menarik perhatian dan menyediakan layanan yang luas adalah perusahaan dagang umum. Bila dulu East India Company adalah salah satu perusahaan multi nasional pertama di dunia maka sekarang digantikan oleh perusahaan yang berpangkalan di Korea Selatan, Brazilia, dan Jepang. Mitsubishi, Mitsui, da Marubeni sangat terkenal di seluruh dunia setelah bertahun-tahun mealakukan persaingan yang kuat dan ulet bagi bisnis non-Jepang. Dengan keberhasilan yang  mencolok dari orang Jepang di berbagai pasar ekspor, peran sogo sosha telah berkembang dari suatu fokus nasional ke pandangan yang lebih global dan multifungsional. Fungsi yang paling mendasar dari perusahaan dagang yang besar adalah memudahkan pertukaran antara pembeli dan penjual di berbagai negara. Mereka dapat juga memasok pekerja untuk melakukan transaksi bisnis. Sogo sosha juga menyediakan alat transportasi dan bersedia menerima pertanggungjawaban keuanga untuk pengiriman.
Pada tahun-tahun terakhir ini perusahaan dagang lambat laun telah menerima pertanggungjawaban yang lebih besar untuk berbagai fungsi yang terkait bisnis internasional. Pada waktu tertentu jaringan informasi mereka yang luas juga melayani kebutuhan politik seperti ketika perusahaan dagang Jepang yang menyiarkan berita tentang recolusi Iran, mengalahkan CIA Amerika.

Proses Internasionalisasi
            Peran ekspor dan upaya penjualan serupa di luar negeri dapat dikaitkan dengan penetrasi pasar luar negeri dengan strategi alternatif seperti misalnya perlisensian, kegiatan usaha patungan, dan FDI. Di dalam proses internasionalisasi ini perusahaan menganggap pasar luar negeri mendatangkan resiko karena pasar ini tidak dikenalnya. Dalam istilah biaya khusus dalammenjalankan bisnis melintas batas nasional perusahaan itu menghadapi biaya pemasaran ekspor. Untuk menghindari biaya informasi dan resiko semacam itu, strateginya adalah beranjak ke luar negeri dengan langkah perlahan-lahan dan hati-hati menggunakan jasa spesialis dalam erdagangan internasional di luar perusahaan. Untuk menghindari resiko ketersangkutan luar negeri perusahaan dapat melakukan sersetujuan perlisensian yang cocok untuk produk yang distandarisasi sehingga tidak terdapat resiko penyebaran keunggulan teknologi perusahaan.
            Jenis lain untuk memaski luar negeri adalah perusahaan melihat ekstra penjualan potensial dengan mengekspor dan menggunakan suatu agen atau distributor local untuk memasuki pasar tersebut, selanjutnya apabila ekspor merupakan bagian penjualan yang lebih besar maka perusahaan dapat meningkatkan kapasitasnya untuk melayani pasar ekspor, setelah perusahaan menjadi lebih terbiasa dengan pasar lokal, saat itulah perusahaan dapat bergerak pada sisi produksi luar negeri seperti menggunakan pekerja negara tan rumah dalam menangani perakitan lokal dan pengepakan dari lini produknya, tahap terakhir saat perusahaan telah memilliki pengetahuan yang cukup mengenai negara tuan rumah  untuk mengatasi persepsinya tentang resiko maka perusahaan dapat mempertimbangkan kegiatan investasi langsung luar negeri. Jelas sekali bahwa pproses internasionalisasi adalah lebih rumit daripada yang tampak bila bergantung pada suatu pertimbangan factor spesifik perusahaan dan spesifik negara.
           
Bentuk Lain Kegiatan Bisnis Internasional-patungan, proyek putar kunci, dan perlisensian
            Usaha patungan biasa dilakukan oleh MNE yang membawa KSP dalam pengetahuan, teknologi, atau modal dan suatu mitra lokal yang membawa pengetahuan tentang lingkungan lokal, ini untuk memudahkan hubungan dengan pemerintah tuan rumah. Usaha patungan biasanya digunakan dalam proyek yang tidak ada sebuah perusahaanpun  yang mempunyai kemampuan untuk mengikat diri pada sejumlah besar modal, teknologi yang diperlukan perusahaan, dan keinginan untuk menyebarkan resiko dari proyek yang tidak pasti. Biasanya usaha patungan ini menyangkut MNE yang komplementer dan bukannya bersaing dan pada umumnya ukurannya serupa. Killing (1982) mengelompokkan usaha patungan dalam tiga kategori yaitu manajemen yang dijalankan bersama, manajemen dominan oleh satu mitra, dan manajemen yang bebas dari masing-masing mitra. Manajemen bebas menghasilkan kinerja terbaikdan manajemen yang dijalankan bersama memberikan kinerja yang paling tidak baik sedangkan usaha patungan dengan kinerja yang terjelek  dan kestabila yang tertinggi adalah usaha patungan dengan pemilikan dan pengendalian yang terbagi sama diantara para mitra.
            Proyek putar kunci merupakan suatu transaksi paket yang mengharuskan MNE membangun suatu fasilitas produksi dan memberikan pelatihan bagi tenaga kerja yang diperlukan untuk mengoperasikannya, sehingga setelah fasilitas itu dalam keadaan siap untuk mulai beroperasi setelah selesainya proyek dan biasanya memproduksi produk yang distandardisasi. Proyek putar kunci dapat merupakan suatu alternative atas ekspor atau atas aktivitas MNE apabila suatu pemerintah tuan rumah mengadakan pembatasan atas hal yang tidak diinginkan, keuntungan tambahan proyek ini adalah dapat menjadi pemasok dari masukan faktor masa depan.
            Pengaturan perlisensian menyediakan penggunaan teknologi, paten merk dagang, atau KSP lainnyadari sebuah perusahaan luar negeri yang dihasilkan dari penggunaan lisensi. Alasan perlisensian lebih disukai daripada cara pemasukan lainnya adalah pemerintah tuan rumah dapat melarang FDI, jangkauan ke pasar luar negeri terbatas, potensi pasar tidak mencukupi untuk menjamin FDI. Ada juga alasan internal MNE menghindari perlisensian sebagai cara masuk yaitu resiko penyebaran keunggulan pengetahuan MNE. Produksi keunggulan pengetahuan MNE adalah mendasar untuk teori internalisasi.Reputasi MNE di seluruh dunia dapat terkena bila penerima lisensi tidak dapat mencaoai standard an kualitas produk yang dikehendaki. Perlisensian tidak terbatasa pada perusahaan luar negeri yang tidak berhubungan saja. Biaya lisensi yang dikenakan merupakan suatu cara lain untuk memulangkan laba dari uasaha patungan dan cabang luar negeri dalam hal pengendalian modal.
            Ada juga bentuk lain perlisensian yang sama dengan sublisensi: kontrak manajemen yang menyediakan perlisensian mengenai keahlian manajerial dalam bidang tertentu, franchising dimanaMNE merupakan pemasok dari suatu paket barang dan jasa dan seringkali suatu cap dagang pada penerima lisensi, dan manufaktur kontrak yang merupakan keadaan sebaliknya dari suatu monopoli karena MNE membayar biaya lisensi.
            Ringkasnya review ini menjabarkan kebenaran informasi seputar pengeksporan dan keagenan serta penitik beratan pada jenis lain kegiatan nonmultinasional yang terfokus pada pengeksporan murni dengan semua kegiatan pemasaran yang dilakukan pada suatu jarak yang dapat dijangkau pasar sehingga butuh taktik dari pemasaran dari perusahaan berkisar di sekitar kemampuan distributor di negara luar negeri. Pemilihan negara mana yang strategis untuk dimasuki dan kecepatan untuk mengembangkan diri adalah faktor kunci keberhasilan perusahaan yang ingin ’melebarkan kerajaan’ bisnis di lingkup  internasional.

Sumber
Alan M. Rigmos, et al. 1993. Bisnis Internasional. Jakarta: PT Pustaka Binaman Persada.

SIGNIFIKANSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM BISNIS INTERNASIONAL

Dalam tulisan ini, penulis akan membahas tentang isu perorangan-bagaimana memanajemen orang-orang yang tepat dalam pekerjaan yang tepat di tempat dan waktu yang tepat untuk gaji yang tepat. Untuk itu  Jeffrey Immelt yang merupakan chairman dan CEO dari General Electric mengatakan bahwa  perusahaan global yang baik pasti akan melakukan tiga hal penjualan secara global-pelanggan berasal dari seluruh dunia, produk global dengan teknologi, pabrik dan produk yang dibuat untuk dunia bukan satu wilayah tertentu saja, dan yang paling penting adalah perusahaan dengan orang-orang global- perusahaan akan membaik bila mampu menggaet pasar global dan memutar otak tentang bagaimana mengembangkan bisnisnya tersebut, dengan manajer, staf ahli, maupun karyawan yang terampil. Hal ini terkait dengan pengaruh globalisasi yang membuat dunia menjadi semakin kecil dan pasar menjadi semakin luas dari waktu ke waktu, sehingga sebuah keputusan yang kurang tepat akan berakibat pada jumlah keuntungan yang diraih dan mempengaruhi maju mundurnya sebuah perusahaan, seperti yang terjadi pada Honeywell yang beberapa ekspatriatnya mengalami cultural shock  di negara tujuan tempat mereka bekerja. Untuk itu kebutuhan dalam menemukan seorang manajer yang yang efektif dari berbagai latar menjadi sangat mendesak dan penting dalam ranah pereksekutivan global, yang memiliki tingkat intelejensi tinggi, keterampilan khusus, pengetahuan teknis yang mendalam, yang merasa nyaman ditempatkan di belahan dunia manapun dan memiliki pemahaman lintas budaya.
            Perusahaan memiliki pilihan untuk menggunakan ekspatriat (seseorang yang dikirim oleh perusahaan dari negara asalnya untuk bekerja di negara lain) dalam melakukan pengoperasian asing atau menggunakan jasa penduduk lokal. Beberapa MNE seperti FedEX, Royal Dutch Shell dan Ford memilih untuk menggunakan ekspatriat. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa MNE memiliki kebijakan HRM (manajemen sumber daya manusia) yang mendukung strategi terpilih akan menciptakan nilai superior. Masih banyak MNE berjuang untuk meningkatkan kebijakan HRM yang efektif. Pada tataran manajer utama dari anak cabang asing, secara formal memiliki tugas yang lebih luas daripada yang dilakukan manajer domestik dengan gaji dan tanggung jawab yang sama. Mereka harus menyelesaikan masalah komunikasi biasanya dengan kurangnya dukungan staf antara perusahaan induk dengan perusahaan anak cabang.
Ada tiga perspektif yang mendeskripsikan bagaimana perusahaan mengatur susunan kepegawaian operasi internasional mereka, yang bernama pendekatan ethnocentric, policentric, dan geosentrik. Pendekatan staf etnosentris adalah posisi manajemen diisi dengan orang-orang yang berasal dari negara asal. Kebijakan staf polisentrik menggunakan orang dari negara yang ditempati (host-country nationals) untuk mengatur anak cabang lokal, sedangkan kebijakan staf geosentrik mencari orang terbaik untuk pekerjaan kunci melalui organisasi tanpa memperhatikan nasionalitas mereka.
MNE lebih banyak menggunakan manajer lokal daripada ekspatriat karena memahami lebih dulu dan lebih baik tentang pengoperasian lokal dan kompensasi penurunan permintaan. Menyewa pegawai lokal daripada ekspatriat juga menunjukkan bahwa kesempatan tersedia untuk masyarakat lokal, menunjukkan pertimbangan untuk kepentingan lokal, dan menghindari catatan merah atau resiko akibat pertukaran atau lintas negara, dan biasanya materialnya juga lebih murah.
Bila menggunakan ekspatriat maka perlu dilakukan seleksi individu yang sebagian besar dipengaruhi oleh kompetensi teknis kandidat, kemampuan beradaptasi, dan kepemimpinannya. Keuntungan pertukaran orang MNE ke luar negeri (ekspatriat) dapat menanamkan kompetensi teknis praktik bisnis di negara asal, untuk mengontrol operasi asing, dan meningkatkan keterampilan bisnis manajer yang bisa menunjang karirnya di masa depan saat dia kembali ke negara asal. MNE yang mentransfer personil ke luar negeri juga harus mempertimbangkan kompetensi teknis mereka, seberapa baik orang itu akan diterima, seberapa baik mereka beradaptasi pada kondisi lokal, dan bagaimana memperlakukan mereka ketika telah kembali ke negara asal seusai dari tugas asing mereka, karena kemungkinan kegagalan ekspatriat dalam menjalankan misisnya itu pasti ada.  Secara sempit kegagalan ini didefinisikan sebagai pulangnya ekspatriat ke negara asal sebelum waktunya karena hasil pekerjaannya yang kurang memuaskan sehingga memicu adanya repatriasi yaitu tindakan pemulangan ke negara asal dari tugas asing. Hal ini menimbulkan rasa frustasi tersendiri bagi ekspatriat untuk menemukan pekerjaan lagi yang cocok sebagai gantinya. Untuk mencegah kegagalan ini, maka perlu adanya pengintensifan komunikasi dengan negara induk serta pelatihan internasional dan persiapan sebelum keberangkatan yang biasanya mengurangi rintangan di negara dimana ia ditempatkan. Persiapan aktivitas meliputi pengenalan siapa pasangan dari ekspatriat, sedangkan pelatihan termasuk orientasi negara secara umum, sensitivitas budaya, dan pelatihan praktis. Fungsi dari pelatihan internasional utama adalah untuk membangun kesadaran global diantara manajer secara umun dan melengkapi manajer untuk menghandel tantangan spesifik selama tugas asing.
Ketika ditransfer ke luar negeri, kompensasi ekspatriat biasanya ditingkatkan karena kesukaran dan perbedaan biaya hidup yang mesti mereka tanggung. Transfer di area terpencil biasanya mendapat bayaran yang lebih tinggi, seperti perusahaan telekomunikasi, minyak, computer dan agrikultur yang tetap beroperasi di Kolombia meskipun saat terjadi perang. Kompensasinya tidak harus berupa hadiah atau sanksi karena dalam misi tugas asing. Pada umumnya beberapa MNE menggunakan pendekatan yang seimbang untuk mengatur dilema yang biasanya  dihadapi pegawai yang akan ditransfer yaitu di satu sisi sangat menarik memiliki pengalaman bertugas di luar negeri, hal ini seperti  yang diungkapkan Morgan Stanley yang merupakan ekspatriat India, “Aku tidak akan kembali ke Amerika lagi, tapi ini benar-benar merupakan dunia yang besar sehingga banyak hal yang bisa dilihat di sini.” Namun di sisi lain ada kekhawatiran atau rasa “kapok” bila mereka tidak bisa beradaptasi di sana atau karena berat meninggalkan keluarganya maupun keberatan karena alasan yang lain. Dari pengalaman Bryan Krueger yang kembali dari tugas asingnya di Amerika tidak mendapat jaminan promosi dari perusahaan Jepang yang merupakan tempat asalnya bekerja.
Untuk mensejahterakan pegawai maka perusahaan harus mempertimbangkan pendirian sebuah foundation sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan pada kesejahteraan karyawan maupun lingkungan kerja perusahaan di luar negeri. Hal ini sangat sulit mengaturnya, karena lingkungan sosial politik suatu negara akan sangat mempengaruhi jumlah dan menentukan tipe hubungan antara buruh dan manajemen, representasi, dan persatuan organisasi buruh yang ada. Dimana seringkali kebijakan perusahaan menerima protes baik yang terkait masalah gaji, maupun jaminan keselamatan pegawai saat bekerja. Organisasi internasional yang adapun biasanya menekan perusahaan untuk mengikuti penerimaan secara internasional praktek buruh dimanapun mereka beroperasi, tanpa menghiraukan apakah konflik terjadi dengan norma dan hukum dari negara tuan rumah. Hal ini menunjukkan minimnya kerjasama internasional antara sebuah MNE dengan kelompok buruh, yang memiliki keterbatasan terkait masalah pertukaran informasi, negosiasi yang simumltan, dan penolakan untuk bekerja lembur dalam menyuplai kebutuhan pasar melalui pemogokan pada negara. Bila ini terus dilakukan maka akan merugikan perusahaan sendiri, harusnya foundation yang ada berkoordinasi dengan organisasi buruh untuk mengakomodasi tuntutan mereka, karena selama ini buruh merasa dipermainkan dalam perjanjian dengan MNE akibat susahnya mendapatkan data secara penuh pada operasi global MNE, MNE juga dapat memanipulasi insentif investasi, MNE dapat dengan mudah menambah aktivitas nilai pada negara lain, dan MNE sering membuat keputusan kunci di negara lain.
            Jadi, kesinambungan hubungan antara eksekutif perusahaan, manajer, karyawan atau buruh harus benar-benar diperhatikan karena unsur perorangan merupakan salah satu faktor utama produksi selain modal, sumber daya alam, dan distribusi. Apalagi bila dalam bisnis lintas negara, dimana faktor adaptasi, pengenalan lingkungan, dan kemampuan menghandel berbagai tantangan selama bertugas di luar negeri begitu dibutuhkan sehingga tidak sampai menuai kegagalan dan manajemen penggunaan orang-orang yang tepat dalam pekerjaan yang tepat di tempat dan waktu yang tepat untuk gaji yang tepat benar-benar bisa diwujudkan.

Referensi
Human Resource Management Case: A Career in International Business dalam Daniel Rade B. 2007. Intrernational Business. Pearson International Edition hal 661-696

TELAAH KASUS SAMSONITE: MANAJEMEN RANTAI PASOKAN DAN PROSES PRODUKSI GLOBAL

Rantai pasokan suatu perusahaan meliputi koordinasi material, informasi, dan dana yang digunakan dalam proses produksi dari bahan mentah sampai berada di tangan konsumen terakhir. Dalam kasus Samsonite yang diangkat penulis dalam review ini, dijelaskan bahwa perusahaan yang berpusat di Amerika Serikat ini berhasil mengglobalkan pengaruh dari Belgia, Perancis, dan Belanda bahkan sampai Eropa timur dan Asia. Strategi yang tepat dalam hal pemasaran dan kejelian melihat peluang persaingan internasional bisa dipastikan membuahkan produk berkualitas dan keuntungan maksimal pada perusahaan ini. Hal itu dapat diimplementasikan bila memperhatikan aspek rantai pasokan perusahaan di atas, yang diantaranya adalah manajemen logistik atau material yang merupakan proses perencanaan, pengimplementasian, kontrol yang efisien, arus yang efektif, persediaan barang dan jasa, informasi yang berhubungan dengan asal logistik sampai ke tahap konsumsi dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan keperluan konsumen.
            Dalam hal menjaga kualitas tinggi dari produknya, baik kopor yang hardside maupun yang softside, Samsonite melakukan dua cara yang berbeda yaitu program internal seperti drop test, tumble test, wheel test, dan handle test untuk mengetes tingkat kekuatan dari produk mereka cukup kuat dan berkualitas. Cara selanjutnya adalah dengan melakukan tes asuransi kualitas secara independen yaitu dengan mendapatkan sertifikat ISO 9002 dan GS Mark untuk menguji tingkat keamanannya. Samsonite tidak berhenti di situ saja, namun mulai berinvestasi lebih banyak lagi dalam hal pengujian dan pengembangan produk serta penggunaan mesin khusus produksi yang membantu agar tetap kompetitif. Sedangkan dari segi alur distribusi pada awal masuk ke Eropa,  Samsonite mengirimkan barang-barang dari pabriknya di Eropa ke gudang pabrik kemudian ke gudang nasional. Dari sana kemudian dikirimkan ke grosir yang menjual kepada para pengecer. Hal ini sama sekali tidak praktis karena membutuhkan waktu yang lama dan menghabiskan banyak biaya, untuk itu akhirnya Samsonite beralih menggunakan akses teknologi informasi yang lebih efektif.
            Terjaganya manajemen rantai pasokan muai dari proses produksi hingga pemasaran inilah yang membuat Samsonite mulai yakin untuk meluaskan pengaruhnya ke seluruh dunia dan tetap melanjutkan proses produksinya hingga sekarang, bahkan memberikan lisensi produksi pada produsen lain. Dalam survei yang dilakukan Deloitte Consulting pun 91% responden menyatakan setuju bahwa manajemen rantai pasokan memiliki peran signifikan dalam kesuksesan perusahaan di masa depan. Kesuksesan dari produksi global ini juga bergantung pada tingkat kompatibilitas, konfigurasi, koordinasi, dan kontrol perusahaan karena semakin besar luas geografis tingkat persebaran perusahaan maka tantangan manajemen suplai pasokan  menjadi lebih besar.
Alasan mengapa pada awalnya Samsonite melakukan bisnis internasional ke negara-negara Eropa adalah karena keuntungan spesifik dari lokasi yang memiliki tingkat permintaan tinggi. Sehingga yang semula memilih jalur ekspor akhirnya melakukan investasi langsung daripada menjualnya pada produsen luar. Kalaupun dilakukan maka itu masih berada di bawah pengawasan Samsonite dari segi model barang maupun strategi pemasarannya, ini menjadi pilihan mereka agar tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen tetap terjaga. Menurut penulis dalam hal ini, kualitas didefinisikan oleh Samsonite sebagai pertemuan antara tingkat keunggulan suatu barang dengan kesesuaian atas harapan atau keinginan dari para konsumen. Kualitas ini bisa dilihat secara umum melalui standar yang ada seperti ISO 9000, industri yang spesifik, atau perusahaan yang spesifik seperti sigma, TQM, dan lain sebagainya. TQM adalah proses yang menekankan pada proses yang menekankan kepuasan konsumen, keterlibatan pegawai, dan peningkatan kualitas secara bertahap dan berkelanjutan. Sehingga untuk itulah kompatibilitas yang diartikan sebagai derajat konsistensi antara keputusan investasi asing dan strategi perusahaan menjadi penting sifatnya dimana kualitas produksi yang dilakukan di negara lain terjaga kualitasnya namun dari segi harga juga layak saing. Untuk itu perlu dilakukan inovasi dan strategi minimalisasi harga yang mengarah pada efesiensi global, walaupun biasanya ini seringkali dilakukan dengan menekan MNE yang berada di daerah Asia dan Eropa Timur yang notabenenya memiliki upah tenaga buruh rendah, ketersediaan material dan komponen yang murah, dan pasar yang dekat.
Dalam melakukan konfigurasi, ada tiga kategori yaitu sebuah fasilitas terpusat yang menawarkan seleksi atas standar yang ada dan harga ang lebih rendah pada pasar yang berbeda; kemudian penggunaan fasilitas produksi regional untuk melayani konsumen seperti yang dilakukan di Belgia; dan yang terakhir adalah multi domestik yaitu ekspansi pada negara individu dimana proses produksi suatu perusahaan menggunakan fasilitas produksi dari negara yang spesifik untuk melayani kebutuhan lokal. Setelah masalah kompatibilitas dan konfigurasi, hal yang belum dibahas adalah masalah koordinasi dan ontrol yang biasanya dilakukan secara bersamaan agar hubungan atau pengintegrasian dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan selama rantai pasokan berjalan tetap dalam satu kesatuan sistem.
Kunci dari pembuatan kerja sistem rantai pasokan global yang juga terkait masalah koordinasi dan kontrol adalah informasi, seperti penggunaan electronic data interchange (EDI) dan enterprise resource planning (ERP) dan e-commerce. Untuk itulah maka perusahaan Samsonite dengan cepat beralih pada internet sebagai penghubung penyuplai dengan konsumen terakhir. Dalam paragraf terakhir ini penulis menyimpulkan bila dalam hal pembuatan keputusan baik yang dilakukan oleh perusahaan secara independen ataupun tidak tapi komitmen untuk mengglobalkan suatu perusahaan memang benar-benar harus memperhatikan mata rantai dari manajemen pasokan sehingga masalah kualitas baik itu dalam hal efisiensi waktu pelayanan, minimalisasi biaya bahan mentah dan transportasi maupun pemaksimalan keuntungan produksi bisa diraih dalam satu waktu. Hal ini  terkait erat dengan aspek informasi yang merupakan kunci dari rantai tersebut.
Sumber:
Artikel Global Manufacturing and Supply Chain Management.