Tampilkan postingan dengan label geopolitik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label geopolitik. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Oktober 2010

NEGARA INDIA


            Berbicara mengenai India, sebenarnya luas sekali bukan sekedar budaya (musik, tari dan film Bollywood) tapi juga militer dan ekonominya yang mengalami perkembangan pesat, konflik Kashmir yang menahun, organisasi regional serta hubungan internasional dari negara India sendiri. Semua hal di atas dapat dijelaskan dan dipahami melalui aspek geopolitik dan geostrategi India, untuk terus survive sebagai sebuah negara maupun bagian dari kawasan Asia Selatan bahkan dalam persaingan internasional di dunia dengan tatanan anarki ini.
Gambaran Umum
Republik India adalah sebuah negara di Asia yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia dan negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis. Ekonomi India adalah terbesar keempat dalam PDB dan menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. India yang merupakan salah satu dari  negara industri baru juga telah muncul sebagai kekuatan regional yang penting, memiliki kekuatan militer terbesar dan mempunyai kemampuan senjata nuklir. Sektor di atas merupakan gambaran dari power yang dimiliki India untuk menaikkan posisi tawarnya.
Aspek geografis adalah sebuah anugerah atau pemberian berbeda dengan konteks perpolitikan yang selalu berubah. Jadi sangat beruntung sekali India karena terletak di Asia Selatan dengan garis pantai sepanjang 7.000 km, bagian dari anak benua India,  yang merupakan rute perdagangan penting dan bersejarah serta berbatasan dengan semua negara di Asia Selatan, namun di sisi lain juga menimbulkan banyak konflik.[1] Konflik terpanjang dalam sejarah India adalah dengan Pakistan, baik disebabkan oleh intervensi negara besar, perbedaan agama dan kelas, persaingan pengaruh, persepsi ancaman, dll. Selain berbatasan darat dengan banyak negara, India juga berbatasan dengan Samudera Hindia, Laut Arab dan Teluk Bengal yang menjadikannya rute utama pemasokan energi dari wilayah Teluk ke Asia Selatan, Asia Tenggara, Jepang, Australia dan Cina sekaligus laut tersibuk kedua di dunia, selain itu perdagangan manufaktur dan barang mentah dari India dijual ke Eropa, Timur Tengah dan Afrika melalui jalur ini juga.  Jadi wajar bila seorang analis mengatakan bahwa untuk menjadi superpower di abad 21 ini adalah dengan menguasai Samudera Hindia dengan India sebagai pivotal area-nya.



Hubungan Regional dan Internasional India
·                     Hubungan Bilateral
1.      Rusia

India adalah bagian dari politik luar negeri Uni Soviet (dulu) di Asia, meskipun saat itu India merupakan anggota non blok. Soviet menjadi pemasok terbesar militer India dan menjamin pasokannya bebas dari persyaratan barat dan resiko embargo. Jadi India merupakan pintu masuk  Soviet di kawasan Asia Selatan. Setelah Soviet bubar, Rusia tetap menjadi pemasok senjata nomor satu bagi militer India. Dalam beberapa kerjasama yang dilakukan, Rusia memberikan teknologi kepada India meskipun hanya sebatas lapis kedua, karena Rusia sudah mempertimbangkan kalau teknologi dari India ada kemungkinan berpindah tangan pada AS melalui Inggris atau Perancis juga ke Cina.[2] Persahabatan India dan Rusia diperkuat oleh faktor Cina, dimana keduanya pernah mengalami konflik perbatasan dengan Cina. Demikian pula dengan faktor separatisme khususnya yang berkaitan dengan fundamentalisme Islam. Rusia berhadapan dengan masalah yang lebih berat di Dagestan dan Cechnya yang memperoleh pasokan bahan dan milisi dari Afghanistan. Sebaliknya, India sangat membutuhkan Rusia untuk veto di PBB dalam masalah Kashmir dan kepemilikan senjata nuklir. Kemampuan India dalam mencapai minimum detterence-nya baru dapat dicapai dalam 25 sampai 50 tahun sebelum India dapat menandatangani NPT dan CTBT (perjanjian yang membatasi percobaan, kepemilikan dan penyebaran senjata nuklir) dan ini tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan Rusia, baik dalam hal teknologi maupun perlindungan veto di PBB.

2.   Amerika Serikat

      Amerika Serikat menerapkan embargo militer pada India sejak lama karena upayanya untuk memiliki senjata nuklir. Embargo militer tersebut masih berlaku hingga sekarang setidaknya untuk peeralatan militer yang sensitif, karena India menolak menandatangani NPT dan CTBT. Selain itu kedekatan India dengan Soviet (kemudian Rusia) otomatis membuat India kurang disukai oleh AS. Namun dikarenakan letak geografisnya, pendiriannya yang non blok, serta keberadaannya sebagai negara demokrasi, para analis militer AS menyimpulkan bahwa konflik dengan India sangat kecil kemungkinannya apalagi pengembangan nuklir di India murni untuk kebutuhan energi serta paham Hind Swaraj-Gandhi yang dianut sampai sekarang oleh masyarakat India, yang menekankan pada ahimsa (prinsip menghormati kehidupan, dalam arti khusus adalah tidak melakukan tindakan kekerasan apalagi pembunuhan) dan satyagraha (prinsip kekuatan jiwa, cinta akan kebenaran). Di era kontemporer ini India dan AS melakukan normalisasi hubungan terkait masalah ekonomi.

3.   Eropa

      Perancis termasuk pemasok senjata bagi India. Teknologi nuklir India pada awalnya berasal dari Perancis. Sikap Perancis yang non-alignment membuatnya tidak terlalu dipengaruhi oleh AS. Namun setelah India menolak menandatangani NPT, tekanan dunia mengharuskan Perancis untuk turut membatasi teknologi yang dipasok ke India. Inggris merupakan bapak India. Sebagai negara commonwealth, India secara tradisi mendapat perlindungan dari Inggris. Hanya saja saat ini, pamor kerajaan Inggris sudah hilang dari dunia, kalah oleh AS. Pembagian wilayah oleh Inggris yang belum selesailah yang menimbulkan konflik Kashmir.
5.   Asia Tenggara

      Asean menjadi model percontohan bagi India dan SAARC, organisasi regional di Asia Selatan, karena mampu menyelesaikan permasalahan secara damai dan tidak mendukung penjajahan. ARF (ASEAN Regional Forum) sangat bermanfaat bagi India untuk melakukan komunikasi akrab yang terbuka dengan negara-negara lain. Hanya saja dalam forum regional yang cukup luas seperti itu India sering menjadi bulan-bulanan karena sikapnya yang tidak mau menandatangani NPT dan CTBT. Selain itu di era perdagangan global ini india butuh perluasan pasar, sehingga kerjasama dengan ASEAN diharapkan menjadi pintu masuk ke seluruh kawasan di Asia Tenggara.
6.       Israel

Israel, negeri kecil dengan kekuatan besar ini, adalah kunci dalam pengembangan   militer negara-negara berkembang. India menyadari hal ini sejak 1992, dari hubungan ini India memperoleh keuntungan yang sangat besar, terutama karena Israel tidak terlalu “pelit” dalam pengalihan teknologi. Israel bahkan tidak mempermasalahkan kedekatan hubungan politik India dengan Iran, atau negara-negara Arab yang benar-benar anti Israel. Dari Israel, India memperoleh amunisi, radar, FAC, electronic warfare system, UAV, serta peningkatan kualitas berbagai peralatan militer. Israel terkenal dalam pemanfaatan mesin-mesin militer lama dan mengubahnya menjadi peralatan modern, serta membuat sendiri suku cadang untuk menghindari embargo, baik peralatan Rusia maupun AS dan Eropa. Dengan naiknya biaya produksi di Rusia akibat gejolak internal, Israel saat ini merupakan pemasok senjata nomor dua untuk India.

7.                  Pakistan
Konflik di Pakistan sebenarnya dilatarbelakangi oleh banyak faktor diantaranya:
-Perbedaan agama dan kelas
Ditinjau dari aspek sejarahnya, pada tahun 1947 Inggris menarik diri dari Asia Selatan kemudian dari situ lahirlah dua negara yaitu India dan Pakistan yang dilatarbelakangi oleh perbedaan agama. Perbedaan ini tidak bisa diakomodir oleh pemimpin dalam negeri bahkan merembet pada masalah strata dan kelas dalam masyarakat.[3]  Sejak saat itu konflik mengarah pada tataran negara, sehingga bentrokan senjata di perbatasan kedua negara tidak dapat dihindari, apalagi ditambah dengan persoalan pembagian wilayah yang tidak tuntas oleh kolonial Inggris sehingga menambah kompleksitas persoalan. Ketegangan dua negara mencapai klimaks pada September 1965 ketika pasukan India dan Pakistan kembali dikerahkan ke medan perang. Kesepakatan damai akhirnya ditandatangani pada tahun 1966, tetapi tahun 1971 mereka kembali bertempur karena sengketa soal wilayah Pakistan Timur, yang kemudian menjadi Bangladesh akibat tidak tertampungnya aspirasi politik.[4]
-Persepsi ancaman
Pada saat Perang dingin berlangsung, kedua negara adidaya yaitu AS dan US berusaha menyebarluaskan pengaruh, tak terkecuali di Asia Selatan. Pakistan yang merasa terancam oleh India akhirnya mencari perlindungan ke AS dan India lebih merapatkan diri pada US saat itu. Di era yang lebih maju paska Perang Dingin, kedua negara beralih persaingan dalam hal  mempersenjatai diri dengan pengembangan senjata nuklir. Selain sebagai penggetar lawan,  nuklir digunakan untuk meningkatkan pengaruh di Asia Selatan maupun luar kawasan. India dan Pakistan berusaha untuk menjadi pemimpin kawasan meskipun secara de facto sebenarnya India yang lebih memenuhi kriteria, karena memiliki kapabilitas ekonomi dan politik yang lebih tangguh dan stabil menurut saya dengan bukti-bukti power yang telah diutarakan di atas. Baik India maupun Pakistan justru memandang ancaman terbesar muncul dari dalam bukan luar kawasan, karena selama ini India dikenal menjalin hubungan baik dengan semua negara baik dengan memberi bantuan keuangan maupuun menyiapkan sukarelawan dalam upaya resolusi konflik, terkecuali dengan Pakistan. Namun sayangnya kepedulian India terhadap dunia luar tak diimbangi dengan peningkatan kondisi dalam negeri sehingga pemerataan tidak terjadi diantara penduduk yang over populated sehingga memunculkan kemiskinan, kesenjangan antar agama dan kelas yang akhirnya melahirkan negara Pakistan ini.
-Perebutan Kashmir
Kashmir adalah sebuah wilayah di utara sub benua India yang dikenal sebagai suatu tempat paling indah dan spektakuler di dunia. Wilayah ini terbagi oleh tiga negara: Pakistan mengontrol barat laut, India mengontrol tengah dan bagian selatan Jammu dan Kashmir, dan Republik Rakyat Cina menguasai timur laut (Aksai Chin). Meskipun wilayah ini dalam prakteknya diatur oleh ketiga negara tersebut, India tidak pernah mengakui secara resmi wilayah yang diakui oleh Pakistan dan China. Pakistan memandang seluruh wilayah Kashmir sebagai wilayah yang di pertentangkan, dan tidak menganggap klaim India atas wilayah ini. Sebuah pilihan yang disukai banyak orang Kashmir adalah kemerdekaan, namun baik Pakistan dan India menentang hal ini. Bila disederhanakan sebenarnya ada empat pendekatan mengenai masalah Kashmir yang tak kunjung usai. Pertama, pasukan tentara Pakistan berambisi untuk mengalahkan India (karena dulu Bangladesh lepas gara-gara bantuan dari India) dan mengambil alih Kashmir. Kedua, secara geopolitik, Pakistan menganggap Kashmir sebagai kawasan strategis namun tidak aman karena dikelilingi kekuatan militer yg kuat sehingga harus dilindungi. Ketiga, pandangan Islamiah mengenai perang perebutan Kashmir adalah jihad  karena Kashmir dianggap sebagai basis umat Muslim di Asia Selatan. Keempat, inisial “K” pada Pakistan memunjukkan Kashmir (Pakistan: Punjab, (kawasan Afghanistan), Kashmir, Sind and Baluchistan).[5]
Bagi India, Kashmir berimplikasi pada lahirnya politik kekerasan dan rasa curiga elemen masyarakat dan pemerintahan, kebijakan militeristik dalam menangani Kashmir bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi serta munculnya berbagai krisis berkelanjutan yang mengancam sistem federalisme dan yang terakhir adalah krisis Kashmir juga menjadi ujian bagi nasionalisme India. Sejak merdeka, India promosi pemikiran homo-indicus, yakni India modern adalah yang homogen, dapat saling tukar, rasional, sekuler, serta punya loyalitas pada pusat/negara, namun nyatanya kemajemukan yang ada justru membawa warna tersendiri dalam bentuk peperangan. Semestinya perbedaan itu untuk disatukan bukan disamakan, bila di negara kita istilahnya sama dengan bhineka tunggal ika yang mengedepankan nilai toleransi.
Pertengahan tahun 2009 ini, perkembangan hubungan kedua negara sudah dapat dikatakan membaik, seperti pada Maret kemarin kedua pucuk pimpinan tertinggi kedua negara melakukan perundingan dengan kesungguhan transparansi pemberitaan media dan setuju untuk tidak bersikap reaksionis terhadap isu-isu terorisme dan fokus terhadap konsesus perdamaian yang mereka perjuangkan setelah sempat tertunda karena insiden Desember kemarin yang melukai parlemen India di Mumbai.

-Intervensi asing
Sudah menjadi bukti dalam sejarah, dimana terjadi konflik apalagi sesudah Perang Dunia II yang melahirkan Perang Dingin, negara adidaya justru memanfaatkannya untuk memperluas lingkungan pengaruhnya, tidak terkecuali di Asia Selatan. Bila India dan Pakistan bersatu, dikhawatirkan akan memunculkan hegemon tandingan yang akan mengancam kedudukan hegemon incumbent, bila masa sekarang adalah AS.



·           Organisasi Regional (SAARC)
Di Wilayah kawasan Asia selatan terdapat organisasi regional yang dinamakan SAARC (South Asian Association for Regional Cooperation) yang beranggotakan delapan negara anggota yaitu Afganistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, Nepal, Pakistan dan Sri Lanka. Tidak dapat di pungkiri bila perhatian kita akan tertuju kepada hubungan antara Negara india dan Negara Pakistan yang tidak pernah mengenal kata damai, konflik – konflik laten yang selalu mewarnai hubungan kedua negara yang merupakan hegemon kawasan ini sehingga seringkali menimbulkan kecemasan di antara hubungan kerjasama regional dengan negara-negara lainnya. SAARC menerapkan mekanisme diplomasi dalam menyelesaikan permasalahan internal maupun eksternal sebagai upaya pencapaian kepentingan nasional dari negara-negara anggota.  Keberadaan konflik diantara anggota SAARC sangat mempengaruhi suhu di kawasan ini serta kelangsungan SAARC sebagai sebuah institusi yang muncul di tahun 1985. Melalui pertemuan-pertemuan antar negara SAARC yang dilaksanakan setiap tahun, upaya penyelesaian konflik India-Pakistan terus diupayakan meski sering terjadi perbedaan pendapat antar pemimpin negara untuk mencapai kesepakatan bersama. Persaingan yang mengarah pada pola zero sum antara India dan Pakistan, menjadikan konflik bilateral ini tidak mudah hilang atau diselesaikan dengan solusi rasional sekalipun.
SAARC memang merupakan mediator yang paling tepat untuk masalah di atas. Selain konflik India-Pakistan, terdapat masalah internal lain dalam SAARC yaitu isu pemberontakan Macan Tamil di Srilanka, konflik India dan Bangladesh, kemiskinan yangn terjadi di Bangladesh, militan Afganistan dan lain-lain. Namun konflik yang ada tidak terlalu berpengaruh pada pragmatisme ekonomi sehingga kerjasama bisa tetap terus berjalan, karena alasan ini pulalah maka SAARC tetap eksis dan bertahan sampai sekarang.

·           Organisasi internasional
Sebelum kemerdekaan India tercapai, India dibawah Inggris sudah mulai ikut serta dalam pekerjaan organisasi-organisasi internasional. Diantara organisasi-organisasi Internasional lainnya India ikut serta secara aktif ialah dalam UNICEF (Children’s Emergency Fund), FATT (General Agreement On Tariff and Trade), IBRD (International Bank of Reconstruction Development) dan IMF (International Monetary Fund). India juga anggota original dari Liga Bangsa Bangsa (League of Nation) dan aktif mengambil bagian dalam pekerjaannya, anggota dari International Labour Office (ILO), dan Office of Intelectual Cooperation (OIC). India telah menjadi anggota PBB sejak permulaan berdirinya.
            India juga aktif mengambil bagian persetujuan dalam seluruh pertimbangan PBB dan wakil-wakilnya setia atau mengabdi kepada Security Council. Dalam pertentangan yang timbul dari perang dingin (cold war) telah terlihat bahwa India telah mengikuti sikap permufakatan dengan berhasil, bahkan dalam badan-badan seperti International Commission untuk Indo Cina, india telah dipercayai dengan pertanggung jawaban khusus. Kekuatan militernya ditarik untuk melakukan tugas-tugas khusus di Gana, dan dalam operasi-operasi Kongo terutama pertanggungan jawab membuka kontingen-kontingen tersebut. Didalam perwakilan perwakilan yang khusus seperti Unesco, WHO, dan FAO India memainkan peranan penting.

Referensi
Bandimutt, Praker. INDIA  AND GEOPOLITICS . pdf
Gupta, Sisir. 1996. Kashmir: Study India-Pakistan Relations. Orient Longmans, Bombay. Hal. 69-103
http://the-worldpolitics.com/ diakses 27 Mei 2009
Langkah Perdamaian (semu) antara India dan Pakistan”, www.kompas.com, diakses tanggal 27 Mei 2009
ORGANISASI ASIA SELATAN DAN KONSTELASI POLITIK SERTA EKONOMI DALAM TATANAN GLOBAL diakses melalui www.okezone.com tanggal 1 Juni 2009





[1] Praker Bandimutt. INDIA  AND GEOPOLITICS . pdf

[2] ORGANISASI ASIA SELATAN DAN KONSTELASI POLITIK SERTA EKONOMI DALAM TATANAN GLOBAL diakses melalui www.okezone.com tanggal 1 Juni 2009


[3]Sisir Gupta. 1996. Kashmir: Study India-Pakistan Relations. Orient Longmans, Bombay. Hal. 69-103

[4]  Langkah Perdamaian (semu) antara India dan Pakistan”, www.kompas.com, diakses tanggal 27 Mei 2009

GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI INGGRIS DARI WAKTU KE WAKTU



1.                  Keadaan geografis
            Inggris yang memiliki nama lain Britania raya, merupakan negara bagian yang terbesar dan terpadat penduduknya bila dibandingkan dengan negara bagian lain, seperti Wales, Irlandia Utara dan Skotlandia, yang membentuk Persatuan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara (United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland). Wilayah Inggris meliputi 2/3 pulau Britania Raya, di sebelah utara berbatasan dengan Skotlandia dan barat dengan Wales. Sedangkan di selatan Inggris dipisahkan dengan Perancis oleh Selat Inggris. Letak astronomis : 50°LU - 61°LU dan 11°BB - 15°BB. Inggris merupakan negara maritim, karena mayoritas wilayahnya berupa lautan.
2.                  Politik dan strategi
Dalam bidang perpolitikan, Inggris merupakan negara demokrasi yang berbentuk kerajaan dan berparlemen. Meskipun memegang jabatan yang paling tinggi di kerajaan dan menjabat sebagai kepala negara, Ratu Elizabeth II mempunyai kekuasaan politik yang sangat kecil,  hanya memainkan suatu bagian yang resmi dalam proses berpolitik. Kekuasaan politik di tangan pemerintah yang dipilih (dikepalai oleh seorang Perdana Menteri dan Kabinet) didasarkan pada kekuatan dukungan yang ada di parlemen. Selama abad ini, pemerintahan selalu dibentuk oleh salah satu dari ketiga partai politik utama yaitu partai buruh, konservatif dan liberal-demokrat. Pemerintahan koalisi jarang terjadi dalam sejarah politik Inggris. Ada juga dua partai nasional satu di Wales (Plaid Cymru) dan satu di Scotland (The Scotish National Party), seperti juga beberapa partai nasional di Irlandia Utara.
Strategi yang diambil oleh Inggris, tak lepas dari pengaruh aspek geografi negaranya yang berbasis kelautan. Sehingga Inggris berupaya memaksimalkan potensi yang dimilikinya dengan membentuk armada laut dan berusaha menguasai pantai-pantai benua, paling tidak menyewanya. Selain itu laut merupakan sumber kehidupan, sumber daya alam banyak terdapat di laut, oleh karena harus dibangun armada laut yang kuat untuk menjaganya.
Selain digunakan sebagai bentuk pertahanan, armada Inggris juga digunakan untuk melakukan kolonialisme dan imperialisme ke negara-negara jajahannya, baik untuk memperluas wilayah maupun untuk mendapatkan sumber daya alam berharga sekaligus juga pasar. Teori yang paling mempengaruhi adalah Lebensraum. Teori ini berpandangan bahwa negara merupakan suatu organisme, yang memiliki kecerdasan intelektual serta memerlukan ruang hidup.Tak ada satupun negara yang dapat hidup mandiri secara mutlak, karena keterbatasan-keterbatasan dan tidak meratanya ketersediaan Sumber Daya Alam, setiap negara akan mengalami interdependensi, atau keadaan saling membutuhkan. Teori ini pun berpandangan bahwa satu bagian dunia yang relatif mempunyai persamaan dalam sifat-sifat geografis, ras, kebudayaan dan sebagainya. dapat disatukan dalam satu kesatuan wilayah.[1]
Dalam sejarah dan perkembangannya, kemenangan armada laut Inggris mengilhami strategi global dunia mengenai konsep sea power yang ditulis oleh Kapten Angkatan Laut AS Alfred Thayan Mahan yang menekankan pada penguasaan laut untuk menguasai dunia dengan didukung armada dan angkatan laut yang kuat di tahun 1793-1815. Selanjutnya muncul Mackinder yang mengemukakan konsep land power dimana konsep tersebut dikenal dengan heartland. Hal ini sangat bersebrangan dengan konsep sea power Mahan yang menekankan pada penguasaan atas lautan. Mackinder melihat heartland sebagai “pusat dunia” yang memiliki berbagai potensi dan harus bisa dikuasai oleh Inggris karena jika tidak demikian maka akan membahayakan dan mengancam posisi Inggris sebagai kekuatan besar ketika itu. Bahkan di bidang pengembangan air power (teori Seversky) pun Inggris dipandang berpotensi juga, karena kemajuan teknologi yang dimilikinya saat itu. Salah satu contoh penerapan strategi geopolitik dari Inggris adalah pada masa kependudukan Belanda di Hindia Belanda, dimana kehadiran Belanda di Asia Tenggara sebagai partner bawahan yang berguna untuk menahan ekspansi Prancis raksasa Eropa, rival utama Inggris di lautan. 

3.                  Hubungan timbal balik geografi dan politik
Negara maju (terutama Imperium Barat) sangat terpengaruh oleh teori Haushoffer dan Mahan, sehingga mereka berusaha mengupayakan ruang hidup yang cukup. Upaya itu dilaksanakan dengan bentuk kolonisasi atas negara yang mereka anggap masih kurang berbudaya. Dengan demikian sampai pada awal PD I Imperium Barat (terutama Inggris dan Perancis) menguasai wilayah seluas 84% daratan dunia.[2] Power yang dimiliki Inggris semakin meningkat dari waktu ke waktu, hal ini tak lepas dari luasnya wilayah yang ditaklukkan Inggris, akibat militernya yang tangguh dan tak tertandingi sebelum maupun selama perang dunia berlangsung. Kemenangan yang diperolehnya melanggengkan hegemoni Inggris saat itu, dan menjadikannya stabiliser sekaligus.[3]
Di bawah ini terdapat beberapa peperangan yang melibatkan Inggris:
1689-1815: Perang Inggris dan Perancis, dengan perlindungan dari armada lautnya yang sangat kuat (seperti yang diucapkan Admiral Jervis "Saya tidak menjamin bahwa Perancis tidak akan datang menyerang kita, tetapi saya menjamin bahwa mereka tidak akan datang lewat laut"), Inggris dapat tetap mensuplai dan mengadakan perlawanan didarat secara global selama lebih dari satu dekade. Puncaknya pada tahun 1815, tentara Inggris memainkan peran penting dalam mengalahkan pasukan Napoleon pada pertempuran Waterloo. Kesepakatan persahabatan, Entente Cordiale, baru  tercapai tahun 1904 atas prakarsa Raja Inggris Edward VII, yang disambut hangat oleh Perancis.
1939      : Invasi Polandia dan Finlandia, Perang Dunia II mulai berkecamuk di Eropa dengan dimulainya serangan ke Polandia pada 1 September 1939 yang dilakukan oleh Hitler. Perancis dan kerajaan Inggris menyatakan perang terhadap Jerman pada 3 September sebagai komitment mereka terhadap Polandia pada pakta pertahanan Maret 1939, serta jatuhnya Polandia dan terlambatnya pasukan sekutu yang saat itu dimotori oleh Inggris dan Perancis. Hal ini juga menyebabkan jatuhnya kabinet Neville Chamberlain di Inggris yang digantikan oleh Winston Churchill.
1940: a) Jajahan Perancis Vichy, aksi ini menguatkan konflik Jepang dengan Amerika Serikat dan Britania Raya yang bereaksi dengan boikot minyak.
 b) Mesir dan Somaliland, pertempuran di Afrika Utara bermula ketika sejumlah kecil pasukan Inggris di Mesir memukul balik serangan pasukan Italia dari Libya yang bertujuan untuk merebut Mesir terutama Terusan Suez yang vital. Tentara Inggris, India, dan Australia melancarkan serangan balik dengan sandi Operasi Kompas (Operation Compass), yang terhenti pada 1941 ketika sebagian besar pasukan Persemakmuran (Commonwealth) dipindahkan ke Yunani untuk mempertahankannya dari serangan Jerman
c) Jerman bersiap untuk melancarkan serangan ke Inggris dan dimulailah apa yang disebut dengan Pertempuran Inggris atau Battle of Britain, perang udara antara AU Jerman Luftwaffe melawan AU Inggris Royal Air Force pada tahun 1940 memperebutkan kontrol atas angkasa Inggris.
1941: a) Invasi Jepang di Asia Tenggara, Jepang menginvasi Filipina, dan juga koloni-koloni Inggris di Hong Kong, Malaya, Borneo dan Birma, dengan maksud selanjutnya menguasai ladang minyak Hindia Belanda. Seluruh wilayah ini dan daerah yang lebih luas lagi, jatuh ke tangan Jepang dalam waktu beberapa bulan saja. Markas Britania Raya di Singapura juga dikuasai, yang dianggap oleh Churchill sebagai salah satu kekalahan dalam sejarah yang paling memalukan bagi Britania.
b) Suriah, Lebanon, Korps Afrika merebut Tobruk, di Irak, terjadi penggulingan kekuasaan atas pemerintah yang pro-Inggris oleh kelompok Rashid Ali yang pro-Nazi.. Oleh karena merasa garis belakangnya terancam, Inggris mendatangkan bala bantuan dari India dan menduduki Irak. Pemerintahan pro-Inggris kembali berkuasa, sementara Rashid Ali dan Mufti Besar Yerusalem melarikan diri ke Iran. Namun kemudian Inggris dan Uni Soviet menduduki Iran serta menggulingkan shah Iran yang pro-Jerman. Kedua tokoh Arab yang pro-Nazi di atas kemudian melarikan diri ke Eropa melalui Turki, di mana mereka kemudian bekerja sama dengan Hitler untuk menyingkirkan orang Inggris dan orang Yahudi. Korps Afrika dibawah Rommel melangkah maju dengan cepat ke arah timur, merebut kota pelabuhan Tobruk. Pasukan Australia dan Inggris di kota tersebut berhasil bertahan hingga serangan Axis berhasil merebut kota tersebut dan memaksa Divisi Ke-8 (Eighth Army) mundur ke garis di El Alamein
1942: a)Invasi Hindia-Belanda, Jepang sengaja mengambil taktik tersebut sebagai taktik gurita yang bertujuan mengisolasi kekuatan Hindia Belanda dan Sekutunya yang tergabung dalam front ABDA (America (Amerika Serikat), British (Inggris), Dutch (Belanda), Australia) yang berkedudukan di Bandung. Serangan-serangan itu mengakibatkan kehancuran pada armada laut ABDA khususnya Australia dan Belanda.
b) Pertempuran El Alamein Pertama terjadi di antara 1 Juli dan 27 Juli 1942. Pasukan Jerman sudah maju ke yang titik pertahanan terakhir sebelum Alexandria dan Terusan Suez. Namun mereka telah kehabisan suplai, dan pertahanan Inggris serta Persemakmuran menghentikan arah mereka. Pertempuran El Alamein Kedua terjadi di antara 23 Oktober dan 3 November 1942. Rommel, panglima cemerlang Korps Afrika Tentara Jerman, yang dikenal sebagai "Rubah Gurun", absen pada pertempuran luar biasa ini, karena sedang sakit kuning di Eropa. Montgomery tahu Rommel absen. Pasukan Persemakmuran melancarkan serangan, dan meskipun mereka kehilangan lebih banyak tank daripada Jerman ketika memulai pertempuran, Montgomery memenangkan pertempuran ini.
1943–1945: Serangan Sekutu di Asia dan Pasifik, Pasukan Australia and AS melancarkan kampanye yang panjang untuk merebut kembali bagian yang diduduki oleh Pasukan Jepang, New Britain dan New Ireland, pada tahun 1944. Pasukan Jepang telah merebut sebagian dari Burma, memutuskan Jalan Burma yang digunakan oleh Sekutu untuk memasok Tentara Nasionalis Cina. Hal ini menyebabkan Sekutu harus menyusun suatu logistik udara berkelanjutan yang besar, yang lebih dikenal sebagai "flying the Hump". Divisi-divisi Cina yang dipimpin dan dilatih oleh AS, satu divisi Inggris, dan beberapa ribu tentara AS, membersihkan Burma utara dari pasukan Jepang sehingga Jalan Ledo dapat dibangun untuk menggantikan Jalan Burma. Lebih ke selatan, induk dari tentara Jepang di kawasan perang ini berperang sampai dihentikan di perbatasan Burma-India oleh Tentara ke-14 Inggris yang dikenal sebagai "Forgotten Army", yang dipimpin oleh Mayor Jendral Wingate yang kemudian melancarkan serangan balik dan berhasil dengan taktik gerilyanya yang terkenal. Setelah dikepung Uni Soviet, Hitler akhirnya menyerah. Kekalahan Jerman ini mengakhiri PD II.
Pasca PD II, melahirkan banyak negara nasional yang merupakan negara bekas jajahan. Negara-negara baru ini masih dalam upaya membangun identitas baru dan menjadi incaran kedua blok untuk dirangkul dan diberi bantuan untuk pembangunan wilayahnya dengan mencontoh pada salah satu blok. Akhirnya terbentuk negara dunia ketiga dan dikenal sebagai negara sedang berkembang. Dalam perjalanan sejarah selanjutnya negara ini menjadi sasaran rebutan oleh kedua blok yang bertikai, dan dijadikan negara satelit oleh AS dan US (Proxi war). Pada masa Perang Dunia dan Perang Dingin, AS dan US melakukan pengawasan senjata berupa: usaha pencegahan penyebaran senjata nuklir berdasarkan kesepakatan yang dibuat pada 1968, meskipun ditentang oleh Perancis dan RRC; penangguhan uji coba persenjataan nuklir untuk waktu yang terbatas; pengurangan anggaran militer; dan pencegahan penempatan senjata nuklir dalam berbagai tipe di kawasan damai dan bebas. Bentuk pengawasan tersebut tak lepas dari posisi mereka sebagai negara superpower yang memiliki kekuatan nuklir hegemonik baik pada negara-negara sekutu mereka maupun negara lainnya. Sifat dalam pengawasan tersebut memunculkan stabilitas hegemonik dalam mengendalikan senjata nuklir.
Tampuk kekuasaan Inggris sebagai hegemon mulai berakhir pada PD II , menurut Joseph S. Nye dalam artikelnya yang berjudul memimpin dunia, bahwasanya kejatuhan imperium Inggris adalah karena kekurang efektivannya dalam mengombinasikan soft dan hard power. Penggunaan hard power yang berlebihan, seperti yang dilakukan Inggris dan Jerman pada 1,5 abad lalu. Persaingan militer diantara mereka, menyebabkan terkurasnya kas negara untuk membangun industri militer yang canggih. Yang pada gilirannya mengantarkan keduanya pada kemunduran yang signifikan dan pada saat itulah Amerika mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan dunia.

4.                  Unsur kebijakan
Kebijakan yang diterapkan Inggris untuk meluaskan pengaruh sebesar-besarnya sebagai hegemon di abad XIX adalah menjadikan poundsterling sebagai alat tukar internasional. Inggris sebagai negara jangkar berjanji untuk membeli atau menjual satu ons emas dengan 4,247 poundsterling (1ons emas = 4,247 Poundsterling), dengan demikian menetapkan nilai par pound tersebut terhadap emas. Implikasinya adalah apabila negara lain ingin melakukan transaksi perdagangan maka mekanisme pembayaran harus menyesuaikan dengan nilai kurs yang telah ditetapkan oleh Inggris. Selain itu, negara lain yang memiliki emas dapat ditukarkan dengan poundsterling sebagai cadangan devisa mereka dan sebaliknya. Keadaan ekonomi dan perdagangan yang relatif stabil selama periode tersebut merupakan faktor utama keberhasilan sistem standar emas berbasis poundsterling (sterling-based gold standard). Namun, dengan adanya Perang Dunia I (1919-1923) serta Depresi Dunia (1931-1934) negara-negara Eropa dilanda inflasi dan ketidakstabilan politik. Sistem moneter internasional menjadi kacau. Kekacauan ini menimbulkan ketidakpercayaan dunia terhadap poundsterling dengan standar emas sehingga posisi poundsterling semakin lemah. Akibatnya, Bank of England Inggris tidak mampu menepati janjinya untuk mempertahankan nilai poundsterling dan membiarkan nilai kurs poundsterling ditentukan oleh permintaan-penawaran pasar. Tidak hanya sampai di situ, Inggris juga melakukan desakan pasar bebas atas Amerika Serikat dan Jerman, setelah ekonominya kuat atas bantuan kebijakan-kebijakan proteksi yang pada saat ini dianggap tercela dalam perdagangan bebas.
Di samping itu tidak dapat dipungkiri bahwa peran bahasa Inggris sebagai bahasa internasional  tak tersaingi oleh bahasa-bahasa dunia lainnya dalam rentang waktu yang cukup lama. Ini bukan hanya sebatas kebijakan saja tapi juga merupakan strategi yang berlaku sepanjang jaman. Fenomena seperti ini bahkan tetap berlangsung ketika dunia berada dalam perang dingin, dimana sebagian negara di dunia terpolarisasi dalam blok barat yang dimotori oleh Amerika Serikat dan blok timur yang dimotori oleh Uni Soviet. Kenyataan bahwa pada waktu itu Uni Soviet merupakan salah satu negara super power dunia ternyata tidak mampu menempatkan peran bahasa Rusia sejajar dengan bahasa Inggris dalam percaturan dunia internasional. Sejarah juga mengindikasikan bahwa kegagalan militer Jepang dan Jerman dalam perang dunia II boleh jadi karena tidak adanya language policy (kebijakan berbahasa) yang diterapkan oleh kedua negara tersebut di negara-negara jajahannya. Dengan adanya language policy sebagaimana yang diterapkan oleh penguasa kolonial Inggris di negara-negara jajahannya, secara kultural kemudian terjadi pembentukan persepsi dan pola pikir penduduk dan pemimpin-pemimpin di negeri-negeri jajahannya, dimana persepsi dan pola pikir tersebut adalah persepsi dan pola pikir yang tidak membahayakan kekuasaan kolonialisme Inggris. Kita kemudian dapat berspekulasi bahwa inilah salah satu faktor utama yang menyebabkan kekuasaan imperialisme Inggris bertahan lama.
Referensi
Blanning, T. C. W. (2002). The Culture of Power and the Power of Culture. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0-19-822745-0.
Cronin, Vincent (1994). Napoleon. London: HarperCollins. ISBN 0-00-637521-9.
Hidayat, I. Mardiyono. 1983. Geopolitik, Teori dan Strategi Politik dalam
Hubungannya dengan Manusia, Ruang dan Sumber Daya Alam. Surabaya
Usaha Nasional.
Http://geopolitik.org
http://media.isnet.org/iptek/100/Bonaparte.html Http://www.suarapembaruan.com/News/2007/07/12/Editor/daoedjoe.gif
http://www.geocities.com/johnmanhitu2001/Esperanto_Bahasa_Internasional.doc.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/04/Bentara/2480023.htm
John Mearsheimer. 2001. The Tragedy of Great Power Politics. New York: W. W. Norton
Makarim, N.A. 2004. Geopolitik. [Online]. Diakses dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/041228/utama [28 Maret 2007].
Poerwowidagdo, S.J. 1999. Geoekonomi, Abstraksi ekonominya di kepulauan RI. [Online]. Tersedia: — [28 Maret 2007].
Soemiarno, Slamet dkk, 2008, MPKT Buku Ajar III: Bangsa, Negara, dan Lingkungan Hidup di Indonesia, Penerbit FEUI: Depok
Pope, Stephen (1999). The Cassel Dictionary of the Napoleonic Wars. Cassel. ISBN 0-304-35229-2.
Schom, Alan (1998). Napoleon Bonaparte: A Life. Perennial. ISBN 0-06-092958-8.
Sumarsono, S, et.al. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
 Tombs, Robert and Isabelle (2006). That Sweet Enemy. William Heinemann. ISBN 978-1-4000-4024-7.
Waltz, Kenneth. 1979. The Theory of International Politics. New York: McGraw-Hill.
Posted by Bandung Circle at 6:46 AM







[1] Harsawaskita, A. 2007.Great Power Politics di Asia Tengah Suatu Pandangan Geopolitik, dalam Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional.Bandung: Graha Ilmu.

[2] Huntington, Samuel. 1996. The Clash of Civilization. hal 51
[3] Asprey, Robert (2000). The Rise of Napoleon Bonaparte. New York: Basic Books. ISBN 0-465-04879-X.

Kamis, 07 Oktober 2010

PERBANDINGAN GEOSTRATEGI DAN GEOPOLITIK IRAN SEBELUM DAN SAAT AHMADINEJAD BERKUASA



Abstract: Basically geopolitics and geostrategics have four elements, those are geographycal conditions; politics and strategics; resiprocally geographics and politics; and substance of policy.  One of decision maker of geostrategic and geopolitic policy is president, so that Ahmadinejad’s idiosyncratic as Iranian incumbent president is important to be explained in this article. There are many changes made by him such as progressive proliferation nuclear, controversial political statement to Israel, policy of oil, and his bravery to fight United State, etc. In fact, implementation of them precisely make Ahmadinejad elected and supported by moeslem scholars and majority citizens of Iran anymore.  For clearer, Writter will explore the strength and success reached during Ahmadinejad’s government and compare with previous government, especially Khatami, analyze and give opinion in the last paragraph about how Iranian  prospect and bargaining power in international politics.

Keyword: Iranian Geopolitics and Geostrategics,  Ahmadinejad, Energy, General Election, US-Israel
           
Pendahuluan
            Dalam studi hubungan internasional (HI), geopolitik merupakan suatu kajian yang memandang hubungan internasional dari sudut pandang ruang. Konteks di mana hubungan itu terjadi secara bervariasi dalam kerangka fungsi interaksi, lingkup wilayah, dan hirarki aktor dari lingkup lokal, nasional, internasional, sampai benua-kawasan, bahkan internasional-global. Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut, sedangkan geostrategi adalah pelaksanaan geopolitik dalam negara, lebih lanjut geostrategi didefinisikan sebagai kebijakan untuk menentukan sarana-sarana, untuk mencapai tujuan politik dengan memanfaatkan konstelasi geografi.[1] Sebagai akibatnya geostrategi menjadi upaya menguasai sumber daya untuk tujuan kelangsungan hidup bangsa.
 Geopolitik dan geostrategi mempunyai empat unsur yang membangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur kebijaksanaan.[2] Dalam makalah ini penulis memfokuskan kajian geopolitik dan geostrategi pada satu negara tertentu yaitu Iran beserta pengaruh idiosinkratik dari pemimpinnya yang sangat berpengaruh saat ini, Presiden Ahmadinejad. Peran sebagai presiden memang saat penting di Iran, apalagi paska penghapusan perdana menteri saat berevolusi menjadi negara republik. Alasan pemilihan tema ini adalah didasari oleh kepemimpinan kontroversial dari figur tersebut, mulai dari kebijakan geopolitik dan geostrategi Iran, reformasi pemerintahan, berbagai pernyataannya yang mengundang sorotan dunia dan berbagai keberhasilan yang membuatnya kembali terpilih pada pemilu 2009 ini. Hal penting yang perlu dipertanyakan disini adalah seberapa besar faktor idiosinkratik Ahmadinejad berpengaruh pada pengambilan kebijakan geopolitik dan geostrategi dari negara Iran serta bagaimana prospek Iran ke depannya? Apakah mengalami stagnasi atau justru Ahmadinejad membawa “sejuta” ide revolusioner lainnya untuk menaikkan posisi tawar Iran dalam kancah perpolitikan internasional?
Untuk menjawab beberapa pertanyaan di atas, penulis mengajukan beberapa pendekatan, diantaranya adalah penggolongan masukan (cluster of inputs) yang merupakan pemikiran James N. Rosenau.[3]Dimana penempuh studi mengenai kebijakan dapat memilih dan menggabungkan faktor yang paling penting dan patut diberi perhatian dalam menjelaskan perpolitikan suatu negara yang diteliti-sistemik, masyarakat, pemerintahan dan idiosinkratik. Hal ini juga didukung oleh pengklasifikasian Howard Lentner mengenai determinan luar negeri dan determinan domestik, dimana faktor individu termasuk didalamnya.[4] Pendekatan kedua adalah dari aspek geopolitik dan geostrategi yang merupakan variabel yang dipengaruhi dalam permasalahan di atas. Untuk memberi gambaran dan bukti tentang nilai strategis Iran sehingga layak untuk ditelaah lebih mendalam karena menjanjikan prospek yang bagus, baik dari segi wilayahnya maupun potensi teknologi dan sumber dayanya seperti minyak, gas alam dan nuklir. Sebagai penguat argumen ini penulis bersandarkan pada teori Mackinder tentang Eurasia yang merupakan kunci untuk menguasai dunia- Iran termasuk di dalam kawasan tersebut. Serta teori Karl Haushofer tentang Wehrgeopolitik yang rawan konflik, karena posisi Iran yang berada diantara Timur dan Barat. Dari sekilas pandang pada konsep di atas, maka penulis melihat ada keterkaitan erat idiosinkratik peran presiden Iran pada pembuatan kebijakannya terkait aspek geopolitik dan geostrategi Iran, baik melalui pemanfaatan media teknologi dan sumber daya alam yang dimiliki.
Geopolitik dan Geostrategi Iran
            Aspek geografis adalah sebuah anugerah atau pemberian berbeda dengan konteks perpolitikan yang selalu berubah. Jadi sangat beruntung sekali Iran karena  berada di persimpangan Timur Tengah, Asia Barat dan Kaukasus.[5] Dimana bagian utara Iran bertetangga dengan Armenia, Azerbaijan, Turkmenistan, bagian timurnya bersebelahan dengan Afganistan dan Pakistan, sedangkan sebagian besar sayap baratnya berhimpitan dengan Irak dan sebagian kecilnya dengan Turki. Teluk Persia membentang di barat daya Asia di antara Iran dan Jazirah Arab dan Selat Hormuz menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman. Letak Iran di pusat Eurasia inilah yang selama ribuan tahun menjadikan Iran bagaikan “menara pengintai” sekaligus benteng pertahanan Timur ataupun Barat. Sehingga setiap kali suatu kekuatan dari Barat hendak menyerang belahan Timur atau sebaliknya, maka ia akan menjadikan Iran sebagai garis depan.[6]
Peta 1.1 Geografi Iran[7]
Bila mengikuti pola berpikir Karl Haushofer tentang Wehrgeopolitik, posisi geografis yang sedemikian ini menjadikan Iran sebagai daerah rawan gesekan. Kenyataan geopolitik ini membuat bangsa Iran selama berabad-abad menjadi saksi berbagai perang besar sekaligus terlibat dalam banyak peperangan, salah satunya adalah antara Inggris melawan Rusia dan India.[8] Keberadaan Iran di Eurasia (Eropa dan Asia) juga merupakan hal yang penting karena merupakan bagian ”heartland” yang dimaksud Mackinder, sehingga barangsiapa yang menguasainya akan dapat menguasai dunia. Heartland banyak diperebutkan karena sumber daya alamnya yang potensial di bidang energi seperti minyak bumi dan gas.
Peta 1.2 Persebaran Minyak dan Gas di Iran[9]
Dalam geostrategi energi, posisi geografi Iran memang sangat menguntungkan karena memiliki akses ke Laut Kaspia yang mengandung potensi kekayaan minyak dan gas. Iran secara otomatis menjadi salah satu negara vital yang dilewati oleh pipa-pipa minyak dan gas menuju Asia, seperti ke India, Pakistan, dan China. Di samping itu Selat Hormuz juga dilalui oleh kapal-kapal tanker pengangkut minyak sedunia. [10]
            Selain memiliki posisi wilayah yang strategis di Timur Tengah, Iran adalah negara yang kaya akan sumber energi. Iran adalah salah satu negara anggota OPEC yang mempunyai potensi minyak Khuzestan dan gas yang luar biasa terutama di Pars Selatan (280-500 Tcf kandungan cadangan gasnya dan 17 miliar barrel kandungan minyak). Melihat kondisi geostrategi dan geopolitik energi yang dimiliki Iran maka sangat wajar jika Iran menjadi incaran Amerika Serikat (AS).[11] Hal ini didukung oleh pernyataan Prof Michael T Clare, penulis buku Blood and Oil, apa pun alasan yang dikemukakan AS untuk menggulingkan Pemerintah Iran saat ini, baik nuklir, rezim pemerintahan yang tiran, pelanggaran HAM ataupun terorisme, motif utamanya adalah menguasai sumber minyak bumi negara tersebut. Selain itu, AS mengincar Iran karena tidak ingin dominasinya di Timur Tengah terganggu disebabkan Iran yang kaya akan sumber alam yang sedang melakukan ekspansi geopolitik dan ekonomi di kawasan Eurasia bersama Rusia dan China untuk melakukan bisnis listrik-kedua negara tersebut memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan AS di masa lalu dan melakukan banyak persaingan di masa sekarang.
AS semakin jengkel dengan Iran karena telah meluncurkan pusat perdagangan minyak alternatif dengan menggunakan mata uang Euro yang menjadi ancaman bagi dominasi rezim mata uang Dollar Amerika di dunia. Hal penting yang bisa ditarik dari pemaparan di atas adalah tentang kemungkinan terbesar AS menyerang Iran adalah karena pragmatisme kepentingan belaka, karena dalih keberadaan senjata pemusnah massal juga pernah dituduhkan ke Irak namun sampai sekarang belum terbukti. Apalagi dari pihak IAEA sendiri pun mengatakan bahwa Iran murni melakukan pengembangan energi untuk menyuplai listrik di negaranya, sama sekali tidak ada indikasi ke arah pembuatan senjata. Jadi pada era kontemporer ini, pemikiran geopolitik Iran  lebih pada orientasi energi yaitu bagaimana memanfaatkan minyak yang dimilikinya untuk kemudian juga disatukan dengan kekuatan nuklir.

Pengaruh Idiosinkratik dalam Geostrategi dan Geopolitik
            Pergeseran orientasi geopolitik Iran yang dulunya ditekankan pada pengembangan supremasi transportasi dan pertahanan darat serta udara menuju energi, tak lain adalah pengaruh kebijakan kepala negara Iran di era kontemporer salah satunya adalah Ahmadinejad. Idiosinkratik-pengalaman, bakat, kepribadian, persepsi dan kalkulasi serta perilaku- Nejad meliputi: meraih gelar doktor dalam bidang teknik dan perencanaan lalu lintas dan transportasi,[12]sehingga wajar bila dalam pemerintahannya dipusatkan pada kelanjutan pengembangan energi nuklir yang sudah ada sejak era Shah Reza Pahlevi; sebelum menjabat sebagai presiden, Nejad bekerja menjadi dosen, pernah bergabung dengan Korps Pengawal Revolusi Islam pada tahun 1986, menjadi wakil gubernur dan gubernur Maku dan Khoy, Penasehat Menteri Kebudayaan dan Ajaran Islam, dan gubernur provinsi Ardabil, dan walikota Teheran.[13]
            Sikap dan perilaku sederhana Nejad bukan berarti menunjukkan sosok pribadi yang lemah, Nejad termasuk tipikal orang yang cenderung konfrontatif daripada kompromis dalam menyikapi aksi AS yang menyebut Iran sebagai bagian Axis of evil karena menyeponsori tindak terorisme di Afganistan dan Lebanon. Ahmadinejad tidak diam begitu saja atas tuduhan tersebut, ia sempat melakukan konfirmasi bahwa Iran sebagai negara Islam yang cinta damai justru mendukung tindakan pemberantasan terorisme. Hal ini ditegaskan pada pasal 154 UUD Republik Islam Iran yang menyatakan:“Republik Islam Iran beraspirasi untuk kebahagiaan manusiawi dalam lingkungan umat manusia serta mengakui kemerdekaan, kebebasan,  keadilan, dan kebenaran sebagai hak-hak yang harus dinikmati oleh semua manusia sedunia. [14] Kemudian untuk  tuduhan lain yang dilontarkan yaitu seputar pengembangan nuklir, Ahmadinejad sempat memberikan pernyataan terbaru paska terpilihnya kembali sebagai Presiden Iran, yaitu Iran hanya mau membahas kerjasama untuk mengatasi maslah global dan tidak mau membahas lagi masalah nuklir.[15] Semua resiko termasuk ancaman tiga embargo sekaligus, sama sekali tidak menyurutkan ambisi tersebut, apalagi keputusannya didukung oleh mayoritas warga Iran dan Khomeini sebagai ulama dan pemimpin agung.
Bila ditinjau lebih jauh, alasan Iran mengembangkan nuklir adalah urusan dalam negerinya, sehingga AS tidak berhak untuk mengintervensi. Apalagi non proliferation treaty (NPT) membenarkan para penanda tangan untuk menggunakan nuklir guna pembangkit listrik. Mengapa Iran tidak dibenarkan saat negara lain sudah melakukannya? Padahal India yang bukan penandatangan NPT justru malah  ditawari Washington akses luas pada teknologi nuklir AS. Bagaimana mungkin seluruh dunia mengecam Iran yang belum pernah menggunakan senjata nuklirnya-kalaupun ada- dan justru malah mendukung kecaman AS yang jelas-jelas pernah menggunakan bom atom untuk menghancurkan Jepang dalam Perang Dunia II. Padahal tujuannya sudah jelas dari awal, yaitu karena kebutuhan listrik Iran terus meningkat 7-8 persen per tahun. Pada tahun 2005 kebutuhan mencapai 36.000 Mw. Hanya tujuh persen kebutuhan listrik Iran berasal dari hidroelektrik, sisanya bergantung minyak dan gas, padahal harga minyak terus meningkat. Bukankah sudah menjadi tugas suatu negara bila memenuhi kebutuhan rakyatnya, apalagi peluang bisnis listrik ini bisa dijadikan suatu bisnis dalam skala luas dengan bekerjasama dengan Rusia dan India. Selain itu nuklir memiliki resiko kecil dan tingkat keamanannya terjamin, serta bisa didaur ulang. Cara ini diharapkan akan mengurangi ketergantungan konsumsi minyak yang tidak bisa diperbarui.
Bebagai keberhasilan iptek Iran tersebut tak lepas dari tingginya riset yang dilakukan ilmuwan Iran, mereka melakukan rekonstruksi persenjataan dan teknologi yang mereka impor dari Rusia, Cina dan Korea Utara. Semua alutsista Iran hanya untuk pertahanan saja. Namun komentar Ahmadinejad tentang rencananya menghapuskan Israel dari peta dunia atas konflik Palestina-Israel yang terjadi dan menganggap Holocaus sebagai mitos yang dibuat-buat atau terlalu dilebih-lebihkan- kalaupun terjadi bukan Palestina yang menanggung akibatnya tapi Jermanlah yang mesti bertanggung jawab karena Hitler berasal dari negara tersebut, [16] menimbulkan persepsi ancaman bagi negara lain.
Hal ini dapat dipahami dengan upaya pengonstruksian pemikiran suatu negara saja, bila suatu negara menginginkan damai maka bersiap-siaplah untuk damai bukan bersiap siap untuk perang (Civis pacem para pacem). Hal ini juga dikomentari Nejad saat sesi tanya jawab di Universitas Columbia: ”Tidakkah anda berpikir bahwa banyak permasalahan di dunia ini datang dari cara anda memandang isu-isu, dari cara berpikir macam ini, dari pendekatan pesimistis semacam ini terhadap banyak orang, dan dari level tertentu egoisme. Semua itu harus dikesampingkan sehingga kita dapat menunjukkan rasa hormat kepada setiap orang, membiarkan sebuah lingkungan persahabatan untuk tumbuh, membiarkan semua bangsa untuk berbicara satu sama lain, dan bergerak ke arah perdamaian?”[17]
            Sangat menarik sekali memang membahas idiosinkratik tokoh ”sekaliber” Ahmadinejad, yang bisa berbicara sekaligus bisa membuktikannya. Ada beberapa keberhasilannya yang bisa dijadikan contoh oleh negara lain[18], yaitu berani menolak intervensi negara lain, karena ini menyangkut kedaulatan; untuk urusan dalam negeri Ahmadinejad  melakukan beberapa program baru seperti penggunaan smart card untuk mengurangi konsumsi minyak, sehingga produksi yang dihasilkan bisa diekspor, safari kunjungan ke berbagai daerah sekaligus menyelesaikan permasalahan yang ada di tempat itu juga, pemangkasan prosedur birokrasi dan tradisi seremonial demi kepentingan rakyat, memegang rekor kepemimpinan yang paling aktif yang dibuktikan dengan berbagai proyek besar bagi pengembangan ekonomi Iran. Hal itu dilaksanakan di tengah-tengah perubahan radikal yang dilakukan di badan pemerintah dan rintangan-rintangan yang dihadapi pemerintah, khususnya masalah politik luar negeri. Hal ini meningkatkan antusiasme dukungan dan kepercayaan rakyat yang terus mengalir bahkan saat pemilu 2009 ini.[19]
            Namun bukan berarti pemerintahan Nejad tidak ada hambatan, pada saat penerapan smart card banyak rakyat yang mengecam dan terjadi kerusuhan dimana-mana karena penerapannya hanya 2 jam setelah diumumkan.[20]Berbagai unjuk rasa juga mewarnai hasil pemilu 2009 lalu, karena tuduhan kecurangan Nejad yang dilakukan pesaingnya Mousavi. Khomeini sebagai pimpinan agung menyatakan bahwa perhitungan pemilu tidak perlu diulang, karena kerusuhan yang terjadi ini hanyalah provokasi oleh negara luar. Semestinya Mousavi ”legawa”atas kekalahannya itu dan bersedia menjadi oposisi untuk mengawasi pemerintahan Ahmadinejad ke depannya untuk masa depan Iran yang lebih baik, bukan malah mengerahkan massanya. Kemudian gaya bicara Nejad yang terlalu percaya diri dan radikal dapat dimanfaatkan oleh negara lain untuk menghancurkan Iran. Hal ini terbukti dari ungkapan Israel yang senang karena Nejad terpilih kembali, dengan begitu tekanan internasional akan terus berlanjut di Iran, begitu pula dengan badan intelijen AS yang menyatakan bahwa Nejad adalah informan berharga karena setiap informasi yang dibutuhkan AS keluar dengan lugas dari mulutnya.[21]
Berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, yaitu Khatami yang lebih lunak pada AS dan Israel dan aktif dalam PBB. Bila dibandingkan dengan Nejad, Khatami ini merupakan seorang intelektual, filosof, dan politikus Iran. Ia tampil keempat sebagai Presiden Iran pada periode 1997-2005 dan digantikan Mahmoud Ahmadinejad. Sebagian besar memilih Khatami karena janjinya untuk meningkatkan status wanita dan tanggap akan permintaan generasi muda Iran. Khatami dianggap sebagai presiden reformis pertama di Iran karena kampanyenya memfokuskan pada penegakan hukum, demokrasi dan pencakupan seluruh rakyat Iran dalam proses perencanaan politik.
Hal ini sering bertentangan dengan pemikiran kaum garis keras yang mayoritas menjadi pejabat di Iran. Celah ini dapat tertutupi dengan agresivitas Ahmadinejad dalam menanggapi isu dalam maupun luar negeri. Program Khatami sebenarnya tak berbeda jauh dengan Nejad namun pelaksanaanya kurang cepat dan nyata, seperti masalah pembangunan pemukiman warga. Dari beberapa fakta yang disajikan dan beberapa argumen pribadi penulis, sudah jelas sekali bila Iran identik dengan Ahmadinejad termasuk aspek geopolitik dan geostrateginya di era kontemporer. Hal ini bisa disamakan dengan profil Hitler yang identik dengan Jerman dan Kim Il Sung dengan Korutnya.

Kesimpulan
            Prospek geopolitik dan geostrategi Iran ke depannya, sepertinya masih sama yaitu melanjutkan pengembangan nuklir dengan lebih progresif, hal ini sebagai bentuk untuk menggalang dukungan dari simpatisan Mousavi dan rakyat Iran lainnya paska pemilu; membatasi konsumsi minyak dalam negeri dan memaksimalkan ekspor, pengintesifan hubungan dengan Rusia, Cina bahkan India karena Iran ditunjuk sebagai observer dari SOC-organisasi kerjasama damai antara tiga negara tersebut dengan Asia Tengah; Hubungan dengan AS hanya terkait dibidang pemberantasn terorisme dan perdagangan; sedangkan dengan Israel, Iran masih konsisten menerapkan strategi ofensif sebagai suatu solidaritas atas pelanggaran HAM, pelanggaran kedaulatan dan pengusiran warga asli palestina. Selain itu gaya konfrontatif dengan barat juga masih berlanjut sehubungan dengan penolakan imbalan keuangan dan akses perdagangan yang ditawarkan Obama.
            Karisma Nejad dan solidnya dukungan di tingkat akar rumput serta restu dari ulama sekaligus pemimpin tertinggi Iran, ditambah dengan pemaksimalan potensi dalam negeri yang responsif akan berbagai peluang dan tantangan internasional adalah kunci Iran bisa berhasil dan sukses seperti sekarang.  Meskipun didera embargo puluhan tahun dan persaingan yang dinamis dalam tatanan dunia anarki, Iran sanggup bertahan dan berdiri ”dikakinya sendiri”. Bukan suatu keniscayaan lagi bila periode kedua Nejad menjabat, perekonomian Iran beralih dari berkembang menjadi maju.
Referensi
Harian Seputar Indonesia edisi 25 April 2008
Harian Tempo edisi 26 April 2008
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/6243644.stm diakses 21 Juni 2009
http://www.suaramerdeka.com diakses 21 Juni 209 Mahmoud Ahmadinejad di globalsecurity.org diakses pada 21 Mei 2008
I. Hidayat, Mardiyono. 1983. Geopolitik, Teori dan Strategi Politik dalam Hubungannya dengan Manusia, Ruang dan Sumber Daya Alam. Surabaya Usaha Nasional.
Iran  CIA map.jpg  diakses 21 Juni 2009
Iran in The World Fact book 2007
Lenczowski, George. 2003. Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Lentner, Howard. 1974. Foreign Policy Analysis: A Comparative and Conceptual Approach. Ohio: Bill and Howell Co.,hal.18.
Notulensi Pidato Ahmadinejad di Universitas Columbia diakses 21 Juni 2009
Pesona Iran oleh Musthafa Abd Rahman diakses melalui www.bbcnews.com diakses 21 Juni 2009



[1]  Mardiyono I. Hidayat. 1983. Geopolitik, Teori dan Strategi Politik dalam Hubungannya dengan Manusia, Ruang dan Sumber Daya Alam. Surabaya Usaha Nasional.

[2] Ibid.
[3] Howard Lentner. 1974. Foreign Policy Analysis: A Comparative and Conceptual Approach. Ohio: Bill and Howell Co.,hal.18.
[4] Ibid. hal. 105-171
[6] George Lenczowski. 2003. Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia. Bandung : Sinar Baru Algensindo
[7] Iran  CIA map.jpg  diakses 21 Juni 2009
[8] Op cit.
[10] Iran in The World Fact book 2007
[11] http://www.suaramerdeka.com diakses 21 Juni 209
[12] Mahmoud Ahmadinejad di globalsecurity.org diakses pada 21 Mei 2008
[13] Ibid.
[14] Pesona Iran oleh Musthafa Abd Rahman diakses melalui http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0110/03/LN/peso03.htm pada 21 Juni 2009
[16] Notulensi Pidato Ahmadinejad di Universitas Columbia diakses 21 Juni 2009
[17] Ibid.
[18] Harian Seputar Indonesia edisi 25 April 2008 dan Harian Tempo edisi 26 April 2008
[20] http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/6243644.stm diakses 21 Juni 2009
[21] www.bbcnews.com diakses 21 Juni 2009