Aktor utama dalam liberalisme adalah individu, seperti pendapat John Locke bahwa negara muncul untuk menjamin kebebasan warga negaranya, kemudian mengijinkan mereka menghidupi kehidupannya dan menggapai kebahagiaannya tanpa campur tangan tak semestinya dari orang lain, ditambah dengan kolektivitas individu seperti perusahaan dan organisasi. Pada dasarnya kaum ini optimis dengan asumsi bahwa konflik dan perang tidak dapat dihindarkan, ketika manusia memakai akal pikirannya maka perang akan dapat diakhiri dan nantinya akan tercapai kerjasama yang saling menguntungkan bukan hanya dalam negara tetapi juga lintas batas internasional. Optimisme ini erat kaitannya dengan kebangkitan negara modern, yang menimbulkan sistem ekonomi dan politik yang nantinya akan membawa pada kebahagiaan terbesar bagi jumlah terbesar seperti kata Jeremy Bentham. Modernisasi yang terjadi diharapkan membawa kemajuan dalam semua segi kehidupan.
Liberalisme yang lebih mengutamakan aspek kerjasama terbagi menjadi empat, yaitu:
- Liberalisme sosiologis, yang mempelajari hubungan antara individu, kelompok masyarakat swasta dan kelompok
- Liberalisme interdependensi, hubungan saling ketergantungan akan membuat hubungan internasional menjadi lebih damai dan modernisasi meningkatkan tingkat interdependensi di antara negara-negara, dengan konsekuensi negara akan mengejar terus tujuan yang berbeda dan aktor transnasional akan mengejar tujuan mereka sendiri yang terpisah, bebas dari kendali negara
- Liberalisme Institusional, peranan dari institusi adalah mengurangi masalah yang berkenaan dengan ketidakpercayaan antar negara dan mereka mengurangi ketakutan negara satu sama lain, sumber daya kekuatan akan menjadi spesifik pada bidang isu dan arti penting organisasi internasional, seperti NATO dan WTO, akan meningkat (Keohane dan Nye 1977:28-29)
- Liberalisme republikan berpandangan bahwa negara demokrasi tidak berperang satu sama lain karena penyelesaian konflik dengan cara damai dan ditekankan pada nilai moral bersama.
Jadi secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme yang dipelopori oleh ekonom asal Inggris Adam Smith. Sistem ini sempat menjadi dasar bagi ekonomi negara-negara maju seperti Amerika Serikat dari periode 1800-an hingga masa kejatuhannya pada masa Great Depression di tahun 1930. Sistem ekonomi yang menekankan pada penghapusan intervensi pemerintah ini mengalami kegagalan untuk mengatasi krisis ekonomi besar-besaran yang terjadi saat itu dan berulang ambruk dalam menghadapi turbulensi ekonomi Amerika Serikat yang mulai mengglobal selama satu setengah tahun terakhir.
Dalam masyarakat modern, liberalisme dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya berdasarkan kebebasan mayoritas. Fenomena pasar bebas dan globalisasi muncul seiring proses modernisasi. Perdagangan bebas dapat didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan yang diterapkan pemerintah dalam perdagangan antar individual dan perusahaan yang berada di negara yang berbeda. Namun pro-kontra mewarnai perdagangan bebas, banyak ekonom yang berpendapat bahwa perdagangan bebas meningkatkan standar hidup melalui teori keuntungan komparatif dan ekonomi skala besar. Sebagian lain berpendapat bahwa perdagangan bebas memungkinkan negara maju untuk mengeksploitasi negara berkembang dan merusak industri lokal, dan juga membatasi standar kerja dan standar sosial. Sebaliknya pula, perdagangan bebas juga dianggap merugikan negara maju karena menyebabkan pekerjaan dari negara maju berpindah ke negara lain sehingga menimbulkan perlombaan serendah mungkin yang menyebabkan standar hidup dan keamanan yang lebih rendah. Perdagangan bebas dianggap mendorong negara untuk bergantung satu sama lain, yang berarti memperkecil kemungkinan perang. Globalisasi dan pasar bebas memang membawa kesejahteraan dan pertumbuhan, namun hanya bagi segelintir orang karena sebagian besar dunia ini tetap menderita. Ketika budaya lokal makin hilang akibat gaya hidup global, ada banyak juga orang yang harus jungkir balik hanya untuk sekedar bertahan hidup.
Perspektif Neoliberal
Neoliberalisme dapat dikatakan telah menguasai sistem perekonomian dunia yang mengikuti gagasan dari John Maynard Keynes. Inti dari gagasannya menyebutkan tentang penggunaan full employment yang dijabarkan sebagai besarnya peranan buruh dalam pengembangan kapitalisme dan pentingnya peran serta pemerintah dan bank sentral dalam menciptakan lapangan kerja. Beberapa instrumen kebijakan ekonomi yang menganut paradigma neoliberialisme, di antaranya liberalisasi, deregulasi, privatisasi, dan pencabutan subsidi. Penerapan ketiga instrumen itu lebih mengarah pada pemihakan yang berlebihan kepada pasar secara konsisten. Melalui kebijakan politik negara maju dan institusi moneter seperti IMF, Bank Dunia dan WTO, penggunaan neoliberalisme banyak dipaksakan di berbagai negara. Bahkan, siapa pun presiden negeri ini, kebijakan ekonominya harus market friendly. Tidak mengherankan kalau penerapan paradigma neoliberal hanya menguntungkan beberapa gelintir orang saja, sedangkan sebagian besar rakyat makin terpinggirkan. Masifnya penerapan kebijakan ekonomi dengan paradigma neoliberal tidak saja telah menyengsarakan kehidupan rakyat kecil, tetapi juga telah merampas kedaulatan rakyat dan mengancam kemandirian ekonomi bangsa.
Menurut saya, yang lagi ngetren saat ini adalah paham oposisi yang menyuarakan anti-globalisasi dan neorealisme, karena neorealisme bukanlah sebuah produk yang benar-benar baru, tetapi dia adalah sebuah proses revisi tanpa menghilangkan kerja dasar dari sistem ekonomi sebelumnya yaitu sistem ekonomi liberal, bahkan sistem ekonomi Keynesian. Jadi tidak aneh kalau neorealisme tinggal menanti detik-detik kehancurannya saat krisis keuangan dari Amerika Serikat (AS), yang selama ini dikenal sebagai negeri kapitalis pelopor dan penganjur paradigma neoliberal tidak kunjung selesai. Masihkah nanti pasar akan terkecoh untuk ketiga kalinya pada liberalisme dengan wujud lain, post liberal misalnya? Sepertinya campur tangan negaralah yang dapat menjadi pahlawan penyelamat resesi kali ini, selain itu perlunya pengembangan usaha tingkat menengah (UKM) seperti di Indonesia yang mampu bertahan dalam krisis tahun 1998 lalu. Selain itu perlunya pengurangan konsumsi, perbaikan fiskal dan pengoptimalan investasi sektor riil saat iklim ekonomi mendukung.
REFERENSI
Fakih, Mansour. 2003.”Bebas dari Neoliberalisme”.Insist Pers. Yogyakarta
Burchill, Scott. Theories of International Relationship. Pp 55-83
Tidak ada komentar:
Posting Komentar