Sabtu, 02 Oktober 2010

EKONOMI SELANDIA BARU: DARI AGRIKULTUR SAMPAI LAYANAN JASA


Selandia Baru terkenal dengan pesona alamnya yang indah dan ladang rumputnya yang luas. Sehingga pertanian dan sektor industri jasa seperti pariwisata begitu signifikan dalam menyumbang kemajuan perekonomian Selandia baru. Hasil tambangnya tidak besar, namun kaya dengan sumber alam hutan. Industrinya terutama terdiri dari pengolahan produk pertanian, hutan dan peternakan. Hasil-hasil seperti gandum, buah-buahan, bulu domba, susu, dan daging kemudian diekspor. Untuk bahan pangan, Selandia Baru masih harus impor dari Australia. Sejak abad ke-19 ketika bangsa Eropa membuat koloni di pulau itu, Selandia baru sudah bertumpu pada perdagangan hasil laut (http://forum.detik.com).
Secara geografis, Selandia Baru besarnya mirip dengan pulau Jawa, tetapi penduduknya hanya berjumlah 4 jutaan jiwa pada tahun 2006 sehingga tingkat kemakmurannya cukup merata dan termasuk negara maju, ini terlihat dari standar hidup mereka yang tinggi. Banyak dari mereka hidup dalam satu rumah keluarga dengan tanah yang luas, bahkan di kota-kota besar (http://www.lintasberita.com).
Kebanyakan dari infrastruktur negaranya dikembangkan dengan menggunakan modal dari luar negeri. Pada awal tahun 1970-an Selandia Baru mengalami kemerosotan perekonomian yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak yang berakibat pada berkurangnya permintaan dunia terhadap barang-barang primer dan tersendatnya akses Selandia Baru ke dalam pasar Inggris setelah terbentuknya Uni Eropa yang selama beberapa periode sebelum tahun 1973 sempat mencapai tingkat kehidupan standar seperti Australia dan Eropa barat. Akan tetapi seluruh pencapaian tersebut kemudian tersendat berlarut-larut dalam krisis ekonomi, bahkan berdasarkan survey Bank Dunia tahun 1982, tingkat pendapatan perkapita Selandia baru terendah diseluruh negara-negara berkembang (http://indonesian.cri.cn).
Pada petengahan tahun 1980-an pemerintah berinisiatif membuat program perubahan struktur ekonomi untuk dapat bersaing di dalam pasar bebas, akan tetapi perubahan ini tidak seluruhnya berhasil (http://indonesian.cri.cn). Dalam kenyataannya, beberapa sektor ekonomi tidak dapat bersaing dengan negara lain yang tenaga kerjanya berupah rendah sehingga dihapuskan. Perubahan ini juga berakibat pada kehidupan sosial yang memicu meningkatnya tingkat pengangguran dan tingginya kriminalitas di negara ini.
Sejak tahun 1984, pemerintah Selandia Baru mulai berhasil melakukan restrukturisasi makro ekonomi utama, yang merubah negara ini dari proteksionis menjadi liberalis. Masyarakat Selandia Baru telah berubah secara dramatis dalam beberapa dekade, yang dulunya negara ini terisolasi secara kultural dari belahan dunia lainnya, kecuali Inggris kemudian berubah selama era 1990-an menjadi sangat modern dan sangat berorientasi pada konsumen seperti negara-negara barat lainnya. Perubahan-perubahan ini dikenal sebagai Rogernomics dan Ruthanasia, yang berasal dari nama dua menteri keuangan. Akan tetapi akibat perubahan ini kegiatan agrikultur yang merupakan sektor penting di Selandia Baru tidak mendapat subsidi dari pemerintah karena perubahan sistem dan peraturan perekonomian pada tahun 1980-an. Hal ini ditopang dengan adanya layanan jasa seperti bidang pariwisata, transportasi, pendidikan, kesehatan, konsultan bisnis, dan juga dalam bidang perbankan. yang berkontribusi dalam peningkatan GDP dan pengurangan tingkat pengangguran di negara ini (http://indonesian.cri.cn).
Target ekonomi pemerintah terpusat pada upaya untuk mendapatkan perjanjian perdagangan bebas dan pembangunan “pengetahuan ekonomi” dan di tahun 2004, pemerintah Selandia Baru mulai mendiskusikan perjanjian perdagangan bebas dengan China. Selain itu, tantangan yang dihadapi oleh Selandia Baru adalah defisit akun yang mencapai 8,2 % dari GDP, lambatnya perkembangan di sektor ekspor non-komoditas, dan perkembangan produktivitas buruh (http://www.lintasberita.com). Dalam menetapkan kebijakan dasar luar negerinya, Selandia berusaha memelihara perdamaian dunia, khususnya perdamaian di kawasan Pasifik, untuk menjaga kedaulatan dan keamanan negerinya, terutama untuk mendorong kemakmuran ekonomi negerinya serta meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara lainnya (http://indonesian.cri.cn).
Dalam menghadapi isu krisis global yang tentu saja membawa efek pada perekonomiannya yang liberal, Selandia baru diuntungkan dengan adanya tingkat pertumbuhan imigrasi yang naik tajam pada bulan Juni 2009. Ini berarti akan meningkatnya anggaran belanja konsumen dan permintaan perumahan yang mempercepat proses pemulihan ekonomi Selandia Baru, migrasi juga merupakan salah satu alasan yang akan membuat Reserve Bank menahan suku bunganya (Taqiyyah,2009). Meski demikian, tingkat kedatangan wisatawan ke Selandia Baru masih mengalami penurunan. Wisatawan jangka pendek mengalami penurunan sebesar 3,8% dari bulan Mei lalu. Penyebabnya tak lain akibat resesi global yang menurunkan permintaan perjalanan udara dari Asia dan Eropa (http://www.kontan.co.id).
Sebelumnya, di tahun 2007 Selandia Baru sudah berada di resesi sejak awal tahun dan dampak dari krisis keuangan global ini membunuh harapan pemulihan awal, naiknya tingkat pengangguran, dan tingginya harga inflasi bahan bakar dan makanan. Bank sentral memperkirakan inflasi akan turun dengan cepat karena anjloknya harga minyak saat ini dan dampak dari melambannya perekonomian dunia. Dalam perkembangannya perekonomian negara telah menyusut selama lima kuartal berturut-turut meskipun ada tanda-tanda kemajuan yang jelas (http://news.id.finroll.com). Untuk mengatasi hal itu Bank sentral Selandia Baru memangkas suku bunga sebesar 1,5 persen poin pada tahun 2008 untuk menghentikan kejatuhan negara itu dalam krisis keuangan dunia (kompas.com/read).
Kesimpulan
Perekonomian Selandia baru yang mengandalkan sektor layanan jasa dan agrikultur berkontribusi besar dalam perekonomian Selandia Baru. Hal ini tak lepas dari keterbukaannya pada investor dan beberapa kemudahan akses serta prosedur perdagangan yang juga patut diperhitungkan, ditambah lagi sedikitnya jumlah penduduk sehingga mudah untuk mengatur dan mensejahterakannya. Kestabilan ekonomi yang bertahan sampai saat ini menunjukkan bagaimana seriusnya Selandia Baru dalam menjaga kedaulatan dan keamanan negerinya pada khususnya dan memelihara perdamaian global pada umumnya, terutama untuk mendorong kemakmuran ekonomi negerinya serta meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara lainnya.
Pada saat banyak negara panik dan mengalami keguncangan ekonomi yang sangat parah akibat resesi, Selandia baru mampu mengatasi itu dalam waktu yang relatif singkat karena faktor tingginya migrasi, pemotongan suku bunga, serta layanan jasa yang tersedia jadi tidak hanya mengandalkan sektor perdagangan barang saja yang biasanya permintaannya turun karena para konsumen berusaha menghemat keuangannya. Hal ini bisa menjadi contoh bagi negara lain, karena banyak negara yang sama-sama memiliki sumber daya alam yang melimpah serta pesona alam yang indah namun tak bisa mengolahnya seperti Indonesia sehingga dari dulu hanya bisa menjadi pengekspor bahan mentah dan memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada negara Barat dan masyarakatnya lebih bangga pada produk yang berlabel asing.
Referensi
Bank Sentral: Pemulihan konomi Selandia Baru Rapuh 2009 diakses dari http://news.id.finroll.com/ pada 15 Desember 2009
Barratut Taqiyyah.2009. Tingkat Imigrasi di Selandia Baru Naik Tajam diakses dari http://www.kontan.co.id pada 15 Desember 2009
EkonomiSelandia Baru 2008 diakses dari http://www.selandiabaru.net pada 15 Desember 2009
http://indonesian.cri.cn diakses pada 14 Desember 2009
Perekonomian New Zealand Semakin Sehat diakses dari http://www.lintasberita.com pada 14 Desember 2009
Suku Bunga Selandia Baru Tinggal Lima Persen 2008 diakses dari kompas.com/read pada 15 desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar