Jumat, 01 Oktober 2010

Kompleksitas dalam Melakukan Riset

Riset atau penelitian adalah hal mudah dan tidak selalu identik dengan profesor maupun laboratorium.  Banyak orang awam atau peneliti pemula yang sering kebingungan dan tidak tahu bagaimana harus memulai sebuah riset. Untuk menghapuskan stigma tersebut dan menghindari kerancuan makna, maka perlu dilakukan rekonstruksi pemikiran dari definisi dan signifikansi mengenai riset dan metodologi.

Apa dan Untuk Apa Riset?
            Riset adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahkan informasi atau data secara sistematis untuk menambah pemahaman terhadap suatu fenomena tertentu yang menarik perhatian.[1] Bermula dari rasa ketertarikan tersebut, maka peneliti biasanya memiliki rasa penasaran untuk mengetahui sesuatu lebih jauh bahkan mengungkap hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Di sinilah, letak kenikmatan dan kemudahan dalam melakukan penelitian bisa dirasakan. Penelitian dapat pula didefinisikan sebagai suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dan usaha-usaha itu dilakukan dengan metode ilmiah.[2] Jadi, riset bukanlah sekedar pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber, tapi intinya terletak pada bagaimana kekuatan peneliti dalam menganalisa hasil penelitian dan memanfaatkan hasil penelitian tersebut setelah melalui serangkaian metodologi ilmiah yang telah ditetapkan dan bisa dipertanggung jawabkan.
            Setelah mengetahui mengenai definisinya, agar lebih terarah maka seorang peneliti harus mengetahui alasan mengapa melakukan penelitian. Diantaranya adalah menemukan, mengembangkan dan menguji ilmu pengetahuan serta teknologi untuk menemukan suatu kebenaran yang bisa dipercaya dan bermanfaat bagi khalayak umum.[3] Bagaimanapun juga, ilmu pengetahuan adalah hasil buatan manusia yang tidak mutlak kebenarannya sehingga masih bisa dipatahkan kapanpun dan oleh siapa saja, melalui hasil penelitian yang logis, empiris, rasional, dan argumen yang meyakinkan. Bila seorang peneliti tidak mengetahui alasan melakukan riset maka hampir bisa dipastikan hasilnya kurang memuaskan dan selesai dalam waktu yang relatif lama, benar-benar sebuah pekerjaan yang sia-sia bukan? Apalagi bila riset tersebut disalahgunakan, maka kesengsaraan umat manusia dan lingkungannya tidak bisa dihindari seperti halnya penemuan bom atom yang dikembangkan menjadi senjata pemusnah masal.

Relasi antara Riset dan Metodologi
            Metodologi yang berasal dari kata metode, memiliki arti pengetahuan tentang cara untuk melakukan sesuatu.  Dengan demikian, metodologi riset berarti pengetahuan tentang cara untuk melakukan riset mulai dari pengumpulan sampai analisa data.[4] Jadi metodologi dalam riset mutlak diperlukan sebagai suatu langkah dan proses dari riset itu sendiri, selain itu dengan menerapkan metodologi riset, seseorang tidak hanya akan mementingkan hasilnya, namun juga proses yang terlibat. Agar lebih mudah dipahami, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam melakukan riset, yaitu:
a.                   Teori, dibutuhkan sebagai pegangan pokok (kerangka pikir) secara umum.
b.                  Hipotesa, dibutuhkan sebagai sarana untuk menjelaskan permasalahan  yang sedang dicarikan pemecahannya.
c.             Variabel, dijelaskan sebagai ciri atau aspek dari fakta sosial yang dapat dibuat bervariasi.
d.            Konsep, suatu makna yang berada di alam pikiran manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata.
e.             Proposisi,  suatu pertanyaan realitas yang tidak hanya menyatakan perihal satu realitas konseptual, tetapi menghubungkan dua atau lebih konsep.
f.             definisi operasional, pendefinisian konsep secara eksplisit disertai penegasan  adanya suatu rujukan empiris.[5]
Ada beberapa unsur yang lebih diutamakan pada beberapa metodologi riset tertentu,[6] seperti metodologi riset kualitatif yang didasari oleh paradigma sosial-konstruktivisme yang lebih menekankan pada eksplorasi permasalahan, identifikasi faktor dan penyusunan teori. Sedangkan metodologi riset kuantitatif yang didasari oleh paradigma positivisme atau pos positivisme berciri-ciri menstrukturkan hubungan antar faktor atau mengklarifikasi hubungan antar faktor. Oleh karena itu, pada  riset kuantitatif sering disebut membuktikan hipotesis atau teori, bukan menyusun teori. Kehadiran hipotesis atau teori, sebelum memulai riset, mutlak dibutuhkan pada riset kuantitatif. Sebaliknya hipotesis atau teori tidak mutlak dibutuhkan pada riset kualitatif. Di antara dua metodologi tersebut terdapat metodologi paduan yang didasari oleh paradigma pragmatisme yang populer disebut mixed method atau combined method.
Selain tipe riset di atas, riset juga dapat diklasifikasikan menurut bidangnya, contoh: riset ekonomi; menurut tempatnya, seperti riset kepustakaan; menurut pemakaiannya, yaitu basic research adalah pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu aktivitas.  Hasil dari pengetahuan murni ini berupa pengetahuan umum dan pengertian tentang alam serta hukum-hukumnya dan applied research, yaitu penyelidikian yang hati-hati, sistematis dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu; menurut tarafnya, yakni research deskriptif, dimana pada taraf ini orang hanya semata-mata melukiskan keadaan objek, atau peristiwa tanpa suatu maksud untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum.dan research inferensial, dimana pada taraf  ini orang tidak hanya berhenti pada taraf melukiskan melainkan dengan keyakinan tertentu mengambil kesimpulan-kesimpulan umum dari bahan-bahan tentang objek persoalannya.[7]
Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Analogi tersebut tepat sekali untuk menunjukkan hubungan antara metodologi yang harus dipakai dengan berbagai tipe riset yang tersedia di atas. Bila peneliti merasa kesulitan untuk memberikan penjelasan secara rinci atas obyek yang ditelitinya maka penelitian deskriptif dapat dijadikan referensi pilihan, namun apapun tipe penelitian yang tersedia pasti memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan, seperti penelitian kuantitatif yang lebih mudah dalam pemilahan informasi karena meneliti sesuatu yang bisa diukur namun kekurangannya adalah sisi atau faktor lain yang berpengaruh namun tidak tampak di permukaan menjadi kurang detail bahkan tidak tersentuh.
Kesulitan lain yang sering dialami peneliti adalah penentuan topik suatu riset. Ada beberapa tips mengenai cara mudah menemukan topik permasalahan yang tepat dan menarik tentunya,[8] yaitu mengeksplorasi domain atau area topik dan belajar dari artikel atau karya ilmiah yang berhubungan, memahaminya dan memetakan agar topik yang dipilih nantinya memenuhi unsur orisinalitas dan tidak menjenuhkan (topik sudah sering dipakai). Lebih disarankan meneliti sesuatu yang telah diketahui atau memiliki latar belakang pengetahuan yang solid di bidang tersebut. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah pertimbangan signifikansi teoritik dan praktis serta kesesuaian antara biaya dan waktu. Kunci dari ini semua tak lain adalah bila kita berpikir sesuatu itu mudah, maka segalanya akan menjadi lebih mudah, begitu pula dengan riset. Selamat mencoba!

REFERENSI
Effendi, Sofian. 1991. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
E.Kusuma, Hanson. 2007. Sukses Membuat Proposal Penelitian. Diakses melalui http://supermahasiswa.multiply.com/journal pada  2 September 2009 pukul 12.00.
FN. Kerlinger. 1998. Azas-Azas Penelitian Behavioral, 3th edition,  Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hadi, Sutrisno. 2001 dalam Rusdi, Ibnu. 2008. Pengertian, Tujuan, Implikasi dan Langkah-langkah Penelitian diakses dari http://organisasi.org  pada Minggu, 2 September 2009 pukul 12.00.
http://www.neuro-onkologi.com/articles/Metodologi%20Penelitian.doc. Diakseas pada  2 September 2009 pukul 12.00.
Leedy, Paul.D. dan  Jeanne.E. 2005. Ormrod. Practical Research: Planning and Design a Research Edisi 8 . Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall.
Tontowi, Alva E. 2007. Metodologi Riset diakses melalui http://alva.staff.ugm.ac.id pada  2 September 2009 pukul 12.00.


[1] Paul D. Leedy dan  Jeanne.E. 2005. Ormrod. Practical Research: Planning and Design a Research Edisi 8 . Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall.
[2] Sutrisno Hadi. 2001 dalam Rusdi, Ibnu. 2008. Pengertian, Tujuan, Implikasi dan Langkah-langkah Penelitian diakses dari http://organisasi.org  pada Minggu, 2 September 2009 pukul 12.00.

[3] Ibid.
[4] Alva E. Tontowi. 2007. Metodologi Riset diakses melalui http://alva.staff.ugm.ac.id pada  2 September 2009 pukul 12.00.
[5] Sofian Effendi. 1991. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
[6] Hanson E.Kusuma. 2007. Sukses Membuat Proposal Penelitian. Diakses melalui http://supermahasiswa.multiply.com/journal pada  2 September 2009 pukul 12.00.
[7] http://www.neuro-onkologi.com/articles/Metodologi%20Penelitian.doc. Diakseas pada  2 September 2009 pukul 12.00.

[8] Kerlinger, F.N. 1998. Azas-Azas Penelitian Behavioral, 3th edition,  Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar