Jumat, 15 Oktober 2010

Teori Kritis dalam Ilmu Hubungan Internasional

Aliran pemikiran Frankfurt (Frankfurt School) merupakan sebuah kumpulan para pemikir atau para filsuf yang memiliki lembaga penelitian di Frankfurt Jerman yang didirikan pada tahun 1923, dan pendirinya adalah Felix Weil, yang tak lain merupakan murid dari seorang pemikir Marxian, Karl Korsch. Dari Frankfurt school inilah teori-teori kritis bermunculan (walaupun tidak semua, contohnya Gramsci), maka tak heran bila landasan pemikiran yang diambil dalam teori kritis adalah Marx, bukan tokoh yang lain. Selain itu juga karena kemenangan Revolusi Bolhesvick, kegagalan-kegagalan Revolusi di Eropa Tengah khususnya di Jerman yang membangkitkan Intelektual Kiri Jerman untuk melakukan kajian kembali secara serius mengenai teori marxis khususnya yang berkaitan dengan akal budi dan praktik dalam kondisi-kondisi sosial yang baru, dan adanya pandangan bahwa teori marxis dapat terus relevan dan cocok untuk menganalisis setiap perkembangan sosial.[1]
Walaupun pada awalnya menjadikan pemikiran Marx sebagai titik tolak pemikiran sosialnya, akan tetapi pemikiran Frankfurt mengadaptasi alur pemikiran filosofis Jerman, yaitu pemikiran kritisisme ideal Immanuel Kant dan pemikiran kritisisme historis dialektisnya Hegel. Jadi bisa dibilang pemikir aliran Frankfurt itu sangat lihai karena bukan hanya mengkritisi teori mainstream tapi juga memadukan teori tokoh-tokoh ”sekaliber”  Marx, Hegel dan Kant serta melengkapi kekurangan dari Marx dengan pemikiran Max Weber dan Sigmund freud yang memberikan pengaruh besar terhadap aliran ini. Neo Marxis sering mengklaim dirinya sebagai pewaris tradisi Marxisme yang disesuaikan dengan konstelasi jaman, berbeda dengan kaum Marxisme ortodox yang termasuk positivis (menganggap ajaran Marxis sebagai kebenaran tunggal dan pengkritiknya dianggap revisionis dan anti revolusi).

Asumsi neo Marxis dan kritik pada neo Realis
Dalam pemikiran kritis, teori tidak hanya semata-mata berurusan dengan benar atau salah tentang suatu fakta. Melainkan mempunyai tugas untuk berpartisipasi dalam memberikan sebuah proses penyadaran kritis terhadap masyarakat, serta memilih bagian mana dari pemikiran-pemikiran Marx yang dapat menolong untuk memperjelas kondisi yang Marx sendiri tidak pernah lihat, membebaskan manusia dari manipulasi teknokrasi modern.
Asumsi yang  muncul dari teori kritis yang merupakan bagian dari neo Marxis adalah sifat dasar manusia adalah bukan sesuatu yang pasti atau tidak dapat dirubah, tapi terbentuk dari pengaruh lingkungan termasuk ideologi  dan kondisi sosial yang hadir pada saat itu, manusia sebagai individu dapat dikelompokkan berdasarkan identitas dan kepentingan, tidak ada fakta di dunia tanpa pengaruh dari nilai atas interpretasi dan penjelasan mengenai dunia itu sendiri, pengetahuan selalu dihubungkan dengan kepentingan manusia begitu pula dengan teknologi media yang digunakan untuk menyebarluaskan pengaruh kepentingan, termasuk penyebaran teori kritis sendiri, meskipun berbeda semua manusia pada dasarnya berbagi kepentingan dalam upaya emansipasi.[2]
Kritikan di sini sifatnya universal, karena mengkritik semua teori dan semua bidang serta mengkonstruksi pemikiran orang dengan sesuatu yang baru. Kritik dalam pengertian pemikiran Kantian adalah kritik sebagai kegiatan menguji kesahihan klaim pengetahuan tanpa prasangka. Kritik dalam pengertian Hegel didefinisikan sebagai refleksi diri atas tekanan dan kontradiksi yang menghambat proses pembentukan diri-rasio dalam sejarah manusia. Kritik dalam pengertian Marxian berarti usaha untuk mengemansipasi diri dari alienasi atau keterasingan yang dihasilkan oleh hubungan kekuasaan dalam masyarakat. Kritik dalam pengertian Freudian adalah refleksi atas konflik psikis yang menghasilkan represi dan memanipulasi kesadaran. Dalam neo Realis dikenal konsep hegemoni dan anarki, sebenarnya tidak ada yang salah dengan konsep tersebut hanya saja kekurangan yang dikritisi di sini adalah anggapan bahwa semua itu adalah given yang statis, padahal kenyataannya Inggris yang dulunya hegemon bisa digantikan oleh AS, bahkan AS yang superpower pun bisa kalah oleh kekuatan Vietnam yang tingkat militer dan persenjataannya lebih rendah, dari peristiwa ini kita bisa mengamati bahwa anarki di sini penuh dengan persaingan, semua negara bisa melakukan apa saja untuk bertahan dan memperoleh kepentingan.
Perkembangan Frankfut pada awal 1950 sampai 1973 sempat memudar dengan meninggalnya Adorno tahun 1969 dan Horkheimer tahun 1973 dan kembali bangkit dengan munculnya Jurgen Habermas, seorang teoritisi terkemuka yang tetap melestarikan dan mengembangkan teori dan metodologi para pendahulunya. Habermas menganggap bahwa konstruksi tidak bisa dari atas tapi berdasarkan hasil konsensus bersama (demokrasi).

Kontribusi pada Hubungan Internasional
            Keberadaan teori kritis dalam menganalisa HI, menambah khazanah teori yang sudah ada, tidak hanya sekedar pemaparan atas realitas sosial tapi juga menganalisis dan memberikan solusi atas kritik yang dibuatnya, yaitu menyerukan perubahan dan menjadikan teori sebagai sesuatu yang bisa dipraktekkan. Dimanapun dan apapun teorinya, kapanpun bisa dijatuhkan asalkan ada pandangan yang rasional, logis, empiris, bersifat obyektif sekaligus subyektif serta bisa diterima dan dibuktikan oleh masyarakat luas. Namun pada saat mempelajari semua yang ada, posisikan bahwa teori itu dibuat untuk kepentingan manusia, agar lebih mudah memahaminya, bukan manusia untuk teori.
Referensi
Bignell, Jonathan. 2001. Media Semiotics, An Introduction. London: Manchaster University Press
Fairclough, Norman. 1998. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. London:Longman
http://www.multiply.com diakses 16 Mei 2009
Sargent,Tower.Lyman.1987.Idiologi-idiologi Politik Kontemporer. Jakarta : Erlangga


[1] Jonathan Bignell. 2001. Media Semiotics, An Introduction. London: Manchaster University Press
[2] Norman Fairclough. 1998. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. London:Longman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar