Kamis, 07 Oktober 2010

PENGARUH IMPERALISME EKONOMI INGGRIS DALAM PERANG SIPIL DI SIERRA LEONE TAHUN 1996-2006

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah
Berlian yang selama ini merupakan batu mulia, terkuat, terindah dan berharga mahal- begitu bernilai bila dibandingkan dengan berat dan ukurannya yang tak seberapa- memicu konflik di berbagai negara. Ukurannya yang kecil inilah yang memudahkan berlian untuk disembunyikan dan diselundupkan. Penyelundupan berlian ini digunakan untuk membiayai perang sipil yang dahsyat dan tak berkesudahan seperti di Sierra Leone, Kongo, Angola, Zimbabwe, dan Pantai gading (Wall Street Journal 2001).
Selain diselundupkan berlian ini dulunya juga menjadi rebutan berbagai negara dan menyebabkan penjajahan seperti di Afrika Selatan  yaitu Perang Britania-Belanda dan dua Perang Boer (Cunningham, 2006). Konflik akibat masalah berlian ini sering kali disebut dengan blood diamond  atau berlian berdarah karena diperdagangkan secara ilegal atau bukan atas nama pemerintah negara pengimpor dan tanpa pajak. Perdagangan ilegal tanpa sertifikasi resmi tersebut dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan dan berkontribusi dalam pemberontakan yang terjadi di beberapa negara di Benua Afrika. Dari sinilah kemudian muncul suatu paradoks dimana negara-negara di Benua Afrika seperti Sierra Leone, Kongo, dan Angola merupakan penghasil berlian terbesar di dunia namun justru dikategorikan sebagai negara berkembang bahkan bisa di bilang termiskin di dunia (Cunningham, 2006).
Peta 1
Negara-Negara yang Berkonflik Berlian
Sumber: http//www.geology.com
Gambaran umum mengenai konflik berlian telah dipaparkan di atas, dalam tulisan ini selanjutnya akan lebih difokuskan pada kasus yang berlokasi di Sierra Leone. Hal yang menarik di sini adalah meskipun berlokasi di Negara Sierra Leone, namun konflik ini tidak hanya dimonopoli oleh masyarakat dan Pemerintah Sierra Leone saja, karena berlian sebagai sumber daya alam yang strategis juga menggiurkan dan menjadi kepentingan tersendiri bagi negara lain yaitu Inggris.
Keberadaan Inggris yang merupakan bekas penjajah Sierra Leone berusaha  memanfaatkan konflik berlian berdarah melalui imperialisme ekonomi dan intervensi dengan dalih kemanusiaan. Hal inilah yang akan Penulis teliti lebih lanjut sebagai bentuk hubungan internasional dari sebuah konflik nasional yang sekaligus juga untuk memberikan alasan kemunculan paradoks kemiskinan yang tersistem di  di negara-negara Afrika terutama Sierra Leone yang kaya akan berlian pada paragraf  kedua. Seperti pernyataan ekonom dari Universitas Oxford, Paul Collier, yang menilai bahwa banyak negara Afrika telah jatuh ke dalam suatu atau beberapa jerat pembangunan yang sangat sulit untuk keluar, baik yang dilakukan oleh pemerintahan dalam negerinya maupun dengan bantuan intervensi dari negara lain (www.project-syndicate.org). Selain itu, begitu suatu negara masuk dalam suatu jerat, maka mudah sekali negara itu terjerumus ke jerat berikut.  
Awal mula terjadinya perang sipil tersebut adalah keberadaan para pemberontak di Sierra Leone yang diakibatkan oleh perebutan lahan tambang berlian antara masyarakat dan pemerintah, ketidakpuasan  pada kinerja pemerintah yang korup, kesalahan manajemen negara, ketidakadilan pada rakyat kecil baik dari segi pendidikan dan kesejahteraan, dan lain-lain (http://www.majalah.tempointeraktif.com).   Rakyat pun akhirnya menyatakan perang dengan pemerintah yang dianggap korup dan tidak memberantas kemiskinan melalui aksi pemberontakan. Pemberontak tersebut mengklaim diri mereka sebagai gerakan politis yang memposisikan diri sebagai representasi dari warga negara Sierra Leone, yang dikenal dengan Revolutioner United Front (RUF). RUF dipimpin oleh Foday Sankoh yang mendapatkan dukungan dari Inggris (http://www.majalah.tempointeraktif.com).
Dalam perkembangannya ideologi RUF mengalami pergeseran, tidak lagi fokus pada upaya pembenahan pemerintahan namun menjadi kampanye yang penuh dengan kekerasan dengan tujuan utama untuk mendapatkan akses masuk ke penambangan berlian negara dan tambang-tambang mineral lainnya (http://www.majalah.tempointeraktif.com). Jasa berlian bagi para pemberontak itu memang luar biasa. Pada tahun 2000, Majelis Umum PBB bahkan mengakui “konflik berlian” sebagai faktor penting yang memperpanjang perang di sebagian Afrika seperti di Angola dan Sierra Leone (http://www.infoanda.com). Pemberontak-pemberontak tersebut bukan saja bisa tetap beraksi karena ada senjata, tapi juga memiliki infrastruktur kuat, seperti perusahaan penerbangan dengan pendanaan yang mereka peroleh dari berlian (http://www.majalah.tempointeraktif.com).
Selama satu dekade perang sipil (hingga tahun 2000) tidak kurang dari 43 ribu orang terbunuh dan hampir setengah jumlah penduduk, sekitar dua juta orang, meninggalkan kampung halamannya. RUF dalam aksinya didukung oleh Presiden Liberia Charles Taylor. Hal ini terbukti dari ekspor berlian besar-besaran yang dilakukan Liberia padahal negara ini bukan penghasil berlian (http://www.inilah.com).
Jadi meskipun kasus ini dibatasi pada negara Sierra Leone namun negara lain di Afrika yang memiliki konflik serupa ternyata merupakan jaringan yang  saling terkait satu sama lain sehingga dampak maupun keterlibatannya tidak bisa dihindari. Hal ini didukung oleh pernyataan A. Blom dan J. Yamindou bahwa kebanyakan perang saat bertempur dalam batas-batas nasional, bukan antara bangsa-bangsa, tetapi efeknya sering ke negara tetangga (Blom dan Yamindou, 2001).  Kasus internal ini mulai menjadi perhatian dunia sejak sanksi PBB pada tahun 2000 tidak mempan mengatasi permasalahan negara yang menjadi sumber berlian berdarah (http://www.infoanda.com). Belum lagi intervensi negara besar terutama Inggris yang di satu sisi melakukannya atas nama kemanusiaan dengan mengirimkan pasukan perdamaian. Namun di sisi lain justru mengerahkan tentara bayarannya yang meraup berlian sebanyak-banyaknya dari pasar gelap.
Keberadaan tentara bayaran digunakan oleh pemerintah untuk melawan RUF, karena pemerintah Sierra Leone tidak mau disebut membunuh rakyatnya sendiri bila mengerahkan aparat militer negara (http://en.internationalism.org) Tentara bayaran tersebut ada yang berasal dari Inggris ataupun di luar Inggris yang memperoleh bantuan informasi dari intelijen Afrika Selatan, Kanada, dan Inggris juga tentunya. Mereka sebenarnya tidak hanya disewa oleh pemerintah saja, melainkan juga multi national corporation (MNC) pertambangan asal Eropa yang salah satunya adalah Inggris. Praktek tentara bayaran tersebut menyuburkan perusahaan militer swasta yang merekrut mereka. Perusahaan militer swasta ini umumnya menyuplai logistik, sumber daya manusia, dan keperluan lain yang berhubungan dengan tugas militer. Kontraktornya adalah orang-orang sipil yang ditunjuk untuk mendampingi operasi di lapangan. Perusahaan militer swasta ini juga mengerahkan pasukannya untuk melawan genosida dan pembantaian di tempat yang tak terjangkau akses PBB. Beberapa perusahaan militer swasta yang ikut beroperasi di Sierra Leone adalah Executive Outcomes, Sandline International, dan Gurkha Security Guards Ltd (www.infoanda.com)
Imperialisme ekonomi yang dilakukan Inggris ini secara sengaja dilakukan karena melihat peluang bahwa Sierra Leone juga membutuhkan pasar atas berliannya dan membutuhkan informasi serta tenaga dari tentara bayaran untuk mengatasi pemberontakan dalam negerinya. Hubungan ini akhirnya melahirkan konsep perang di mana kepentingan ekonomi dalam kaitannya dengan penyalahgunaan sumber daya alam sebagai bentuk pengomersilan konflik. Jadi selama ada pihak-pihak yang diuntungkan dalam konflik ini, maka perang sipil di Sierra Leone akan terus berlangsung.
Keterlibatan Inggris ini bukanlah berperan sebagai pembuat perdamaian, namun justru secara aktif memicu perang di Sierra leone yang merupakan negara gagal.[1] Kebijakan luar negeri Inggris juga bukan berdasarkan pertimbangan etika kemanusiaan dan penegakan tata aturan dalam berperang tapi lebih mengarah pada kepentingan nasionalnya sendiri (http://en.internationalism.org). Pemberlakuan embargo senjata oleh PBB untuk menghentikan pemberontakan RUF menjadi tidak efektif saat tentara bayaran Inggris yang bekerja untuk Sandline melanggar embargo tersebut. Hal ini pun tidak mendapatkan sanksi yang tegas dari PBB sebagai institusi perdamaian dunia (www.guardian.uk). Sandline hanya ditutup dan pemerintah Inggris berdalih itu hanya urusan bisnis perusahaan bukan atas nama negara, dan ini terbuktidengan Inggris yang masih leluasa memberikan bantuan kapal induk, angkatan darat, dan udara sebagai wujud dukungan nyata di bidang militer (www.guardian.uk)
Inggris menyebut imperialismenya sebagai wujud tanggung jawab pada negara bekas koloninya  (BBC Online, 2000). Tony Blair yang merupakan mantan Perdana Menteri Inggris juga pernah menyebutkan bahwa, "Meskipun hari-hari menjadi seorang polisi global sudah lama berlalu, tidak berarti Anda tidak dapat menunjukkan kepemimpinan dan melakukan apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu" (www.guardian.uk).
Kerumitan di atas mengindikasikan bahwa perang sipil di Sierra Leone ini merupakan konflik makro kelompok yang bersifat struktural. Dinamika yang terjadi pun menekankan pada konflik itu sendiri dalam bentuk kontradiksi akan fungsi dari berlian sebagai sumber pendanaan perang sipil, perebutan sumber daya alam antara pemberontak dan pemerintah serta negara lain yaitu Inggris. Selain itu proses eksploitasi sumber daya alam yang terjadi menyebabkan rusaknya lingkungan akibat penambangan besar-besaran maupun  cara penambangan yang tidak profesional sehingga membahayakan buruh tambang karena tidak dilengkapi alat keamanan. Konflik ini  berelasi dengan sikap terhadap aksi lawan dan perilaku konflik (konsep triangle) yang mulai merembet ke ranah internasional akibat pengaruhnya dibidang bisnis dan ekonomi maupun pelangggaran HAM seperti amputasi, penyiksaan dan meningkatnya jumlah pengungsi (Galtung, 1960).

1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan dasar dari sebuah penelitian. Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, Penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut yaitu sejauh mana imperialisme Inggris berpengaruh dalam perang sipil di Sierra Leone?

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sejauh mana pengaruh imperialisme Inggris dalam perang sipil di Sierra Leone. Dimana perang sipil tersebut terjadi karena buruknya sistem pemerintahan, serta perebutan berlian yang merupakan batu berharga sekaligus menjadi sumber pendanaan para pemberontak. Konflik yang semula bersifat internal menjadi internasional saat sanksi PBB tidak mempan mengatasi hal ini dan imperialisme Inggris yang hadir dalam waktu yang bersamaan. Imperialisme tersebut bermotif ekonomi utuk meraih kepentingan nasionalnya melalui keberadaan tentara bayaran, MNC, dan pengiriman pasukan perdamaian yang berdalih untuk menegakkan misi kemanusiaan.

I.4 Kerangka Pemikiran
I.4.1 Fokus Pemikiran
Untuk memfokuskan penelitian sehingga peneliti dan pembaca mempunyai kesepahaman yang sama maka diperlukan fokus penelitian, atau yang disebut sebagai peringkat analisis dalam penelitian kualitatif. Fokus penelitian ini terdiri dari unit analisa dan unit eksplanasi. Unit analisa adalah unit yang perilakunya akan dijelaskan dalam penelitian. Sedangkan unit eksplanasi adalah unit yang mempengaruhi unit analisa. Dalam penelitian kualitatif, hubungan antara unit analisa dan unit eksplanasi tidak bersifat sebab akibat secara linier, tetapi dapat juga bersifat timbal balik. Dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisa adalah perang sipil di Sierra Leone sedangkan yang menjadi unit eksplanasinya adalah imperialisme Inggris
Menurut Patrick Morgan, ada lima tingkat analisis untuk memahami perilaku aktor hubungan internasional yaitu individu, kelompok individu, negara- bangsa, kelompok negara bangsa, dan sistem internasional (Morgan, 1982). Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis menggunakan peringkat analisis sistem internasional, yang memandang sistem aktor internasional sebagai penyebab terpenting terjadinya perilaku dan interaksi aktor-aktor internasional. Negara-negara di dunia dan interaksi di antara mereka dilihat sebagai suatu unit sistem. Pengetahuan tentang dinamika sistem internasional dapat dipakai untuk menjelaskan perilaku aktor-aktor hubungan internasional yang terlibat di dalamnya, yaitu sejauh mana imperialisme Inggris yang dilakukan dalam perang sipil di Sierra Leone yang berlangsung puluhan tahun melalui tentara bayaran, MNC, dan pasukan perdamaiannya. Dimana perang sipil tersebut terjadi akibat kinerja pemerintahan yang buruk, perebutan berlian antara pemberontak dengan pemerintah, dan perdagangan ilegal berlian yang memiliki jaringan di berbagai negara.


I.4.2 Landasan Teoritik
I.4.2.1 Teori Konflik
Galtung (1960) menjelaskan bahwa konflik terbagi menjadi tiga yaitu langsung, kultural dan struktural. Dimana konflik langsung seringkali didasarkan atas penggunaan kekuasaan sumber, yang dibedakan menjadi kekuasaan yang bersifat menghancurkan, kemudian kekuasaan ideologis dan kekuasaan renumeratif. Baik kekuasaan sumber dan kekuasan struktural saling berkaitan, saling memperkuat. Galtung mengungkapkan kekerasan struktural dan personal dapat menghalangi untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan-kebutuhan dasar ini adalah kelestarian atau keberlangsungan hidup, kesejahteraan, kebebasan, dan identitas. Jika empat kebutuhan dasar ini mengalami tekanan atau kekerasan dari kekuasaan personal dan struktural, maka konflik kekerasan akan muncul ke permukaan sosial.
Agar bisa merespon konflik secara tepat, maka perlu memahami level analisa konflik karena ada konflik yang bersifat mikro dengan level individual (di dalam diri individu yang bersangkutan maupun antar individu) dan ada pula konflik yang makro dengan level kelompok (baik dalam lingkup masyarakat maupun organisasi), negara maupun internasional (Galtung, 1960). Konflik dalam diri seseorang terjadi ketika dia mempunyai dua atau lebih kepentingan yang sifatnya bertentangan. Sehingga individu tersebut harus menentukan pilihan dan prioritas. Konflik antar individu, terjadi akibat keterbatasan sumberdaya, perbedaan pandangan atas nilai, atau tujuan yang tidak sejalan, bisa juga karena keterlibatan dalam kerjasama (bila ada benturan kepentingan), maupun saat konsensus tidak tercapai (tidak ada pihak yang mau mengalah). Sedangkan konflik dalam lingkup yang lebih luas, seperti kelompok dan lainnya hampir sama dengan konflik antar individu sebagaimana disebutkan di atas, tetapi sifatnya lebih kompleks dan lebih banyak individu yang terlibat dalam konflik. Dalam kasus imperialisme Inggris di Sierra Leone pendekatan  konflik yang bisa dipakai adalah dinamika konflik yang menekankan pada konflik itu sendiri yaitu perang sipil dalam skala makro sekaligus adanya pengaruh dari eksternal yaitu Inggris. Baik dalam bentuk kontradiksi ataupun ketidaksesuaian yang tentunya berelasi dengan sikap terhadap aksi lawan dan perilaku konflik (konsep triangle).  Konsep triangle di sini melibatkan kelompok pemberontak, pemerintahan Sierra Leone, dan pemerintahan negara lain yaitu Inggris yang berimbas pada konflik berlian dan kekerasan yang tersistem. Sehingga meskipun beberapa negara di benua Afrika merupakan negara penghasil sumber daya alam berharga seperti berlian, namun karena konflik yang terjadi dan adanya imperialisme negara lain yang memanfaatkan situasi konflik maka negara tersebut tetap saja miskin.
I.4.2.2 Teori Ekonomi Tentang Nilai
Nilai berlian naik hingga 50 persen pada tahun 1996 dan tetap bertahan tinggi meskipun pasokannya di pasar dunia makin banyak serta nilai perdagangannya di seluruh dunia mencapai US$ 30 miliar tiap tahunnya. Tak dapat disangkal, berlian merupakan simbol dunia kaum kaya dan berkelas. Untuk melihat seberapa berpengaruh nilai berlian sehingga mampu memicu konflik dalam perang sipil di Sierra Leone, Penulis menggunakan teori nilai yang berkaitan dengan faktor-faktor menentukan nilai sebuah komoditas (Griffin dan Pustay, 2005). Studi tentang subjek ini adalah teori mikroekonomi modern dan sangat erat berkaitan dengan subjek alokasi sumberdaya yang langka untuk tujuan-tujuan alternatif. Definisi kata nilai sendiri tidak konsisten di sepanjang perkembangannya. Saat ini, nilai dipandang sinonim dengan harga sebuah komoditas. Namun, para ekonom filsuf yang lebih awal membuat perbedaan diantara harga pasar sebuah komoditas dengan nilainya. Istilah “nilai” dalam arti tertentu dipandang sinonim dengan “kepentingan”, ”hakekat”,  atau (kadang-kadang) “kemuliaan”. Karena “harga” dan “nilai” merupakan konsep yang terpisah, keduanya berbeda, dan kebanyakan pembahasan ekonomi awal terpusat pada perbedaan ini. Menurut St. Thomas Aquinas, nilai ditetapkan secara Ilahi. Karena harga ditetapkan oleh manusia, harga sebuah komoditas mungkin berbeda dengan nilainya (Griffin dan Pustay, 2005).
Para ekonom ilmiah seperti Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823), terus membedakan nilai dengan harga (Griffin dan Pustay, 2005). Bagi Smith nilai sebuah komoditas berarti “nilainya dalam penggunaan,” sementara harga mewakili “nilainya dalam pertukaran.” Perbedaan di antara kedua konsep ini diilustrasikan dengan paradoks air-berlian yang terkenal. Air, yang jelas memiliki nilai tinggi dalam penggunaan, memiliki nilai yang rendah dalam pertukaran (harganya rendah) karena jumlahnya yang berlimpah dan bisa diperbarui sedangkan berlian memiliki kegunaan praktis yang rendah tetapi memiliki nilai tinggi dalam pertukaran karena jumlahnya terbatas dan biaya produksinya yang tinggi. Tingginya nilai beserta harga berlianlah yang membuatnya menjadi pemicu suatu konflik berdarah dan menjadi alasan utama Inggris dalam melakukan imperialisme. Baik imperalisme yang dilakukan melalui intervensi kemanusiaan dengan pengiriman pasukan perdamaian, upaya rekonstruksi maupun perdagangan ilegal serta tentara bayaran yang dikerahkannya untuk mengalihkan perhatian internasional dalam perdagangan ilegal yang dilakukan, jadi bukan karena alasan pelanggaran HAM yang terjadi di Sierra Leone.
I.4.2.3 Teori Image
Teori ini juga merupakan teori yang dapat digunakan untuk memahami hubungan internasional, baik dalam dalam level individu, kelompok, maupun negara. Image (atau citra) adalah sesuatu yang dikonstruksikan secara psikologis yang mencakup proses kognisi dan afeksi, dimana dalam proses ini mempunyai keterkaitan dengan situasi masa lalu, masa sekarang, dan juga masa depan. Teori ini bersifat subjektif dalam penerapannya.
Image menurut Janice Gross Stein (2001: 294-295) merupakan suatu kumpulan kepercayaan, atau hipotesis dan teori-teori yang diyakini benar oleh suatu kelompok maupun individu. Selain itu, image juga mencakup pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman pada masa yang telah lalu. Image juga dapat terbentuk seiring dengan sejarah, nilai, dan juga kepercayaan terhadap perilaku yang diinginkan.
Dalam usaha untuk mendapatkan kepentingan nasionalnya, suatu negara dapat memunculkan image tertentu. Image yang terbentuk inilah yang kemudian menciptakan dinamika dalam pemenuhan kepentingan nasional. Image theory ini digunakan dalam menjelaskan imperialisme Inggris yang ingin memperoleh kepentingan nasionalnya yaitu berlian melalui MNC, tentara bayarannya, maupun pasukan perdamaiannya. Pasukan perdamaian tersebut dikirim untuk meraih image positif dari dunia internasional karena ingin mewujudkan perdamaian di sana, sekaligus berkomitmen melakukan rekonstruksi sebagai wujud tanggung jawab negara bekas penjajah dari Sierra Leone. Padahal di balik itu Inggris juga mengirimkan persenjataan, tentara bayaran, dan melakukan transaksi berlian ilegal.


I.5 Hipotesis
Berdasarkan teori di atas maka Penulis berargumen bahwa imperialisme ekonomi Inggris dalam perang sipil di Sierra Leone sejauh ini terlihat dari penyebaran yang cepat dari pasukan Inggris, baik laut maupun udara termasuk kapal induk di Sierra Leone, pemanfaatan  ideologi kemanusiaan untuk membenarkan intervensi terbarunya tersebut, keberadaan Inggris sebagai pasar berlian sekaligus penyedia informasi tentang tentara bayaran bagi pemerintah Sierra Leone mupun MNC Inggris dapat menjadi indikator sejauh mana wujud imperialisme ekonomi yang dilakukan Inggris keberhasilan besar bagi imperialisme Inggris dalam perang sipil di Sierra Leone. Apalagi PBB tidak melakukan tindakan apa-apa saat embargo senjata yang diterapkan di Sierra Leone dilanggar oleh Inggris.

I.6 Metodologi Penelitian
I.6.1 Definisi Konseptual
I.6.1.1 Imperialisme Ekonomi
            Keterlibatan sebuah negara dalam kegiatan ekonomi negara lain dan sampai tahap tertentu kedaulatan negara yang tercampuri menjadi berkurang (Plano, 1982: 27-28). Imperialisme ekonomi dapat diakibatkan oleh kebijaksanaan politik yang secara sengaja dipersiapkan untuk maksud tersebut atau disebabkan oleh faktor modal dan perluasan pasar. Imperialisme ekonomi merupakan bentuk halus dari imperialisme tradisional karena tidak terlibat nyata dalam urusan politik, namun akibat yang ditimbulkannya hampir sama karena semakin tinggi tingkat ketergantungan ekonomi negara yang lebih lemah maka semakin sulit untuk menolak tuntutan politik dan kepentingan dari negara yang lebih kuat.
I.6.1.2. Intervensi
            Keterlibatan dalam masalah dalam negeri suatu negara oleh negara lainnya atau organisasi internasional yang dilakukan untuk mempengaruhi kebijakan internal dan eksternal negara tersebut (Plano, 1982). Intervensi dibenarkan bila negara yang diintervensi telah mengijinkan, untuk melindungi warga negaranya atau mempertahankan diri, bila negara tersebut melanggar perjanjian atau hukum internasional, serta bila merupakan tindakan kolektif masyarakat internasional terhadap negara yang dianggap mengancam, selain itu tidak memiliki motif peraihan kepentingan oleh negara pengintervensi- baik secara otonom maupun dengan kedudukannya sebagai anggota organisasi internasional. Intervensi kebanyakan melibatkan negara besar sebagai tindakan balasan terhadap negara yang lebih lemah dan dipacu untuk melindungi hak atau kepentingan nasionalnya.
I.6.1.3 Perang sipil
            Suatu perang diantara kelompok yang berbeda kawasan, politik, atau fraksi-fraksi ideologi tertentu. Perang ini mencakup pertentangan antara pemerintah dengan kekuatan anti pemerintah (Plano, 1982). Konflik ini bersifat internal karena pihak-pihak yang bertikai ada di dalam satu negara meskipun dimensi internasionalnya tetap menjadi perhatian, mengingat dampaknya yang begitu luas ke seluruh sistem politik global. Konflik ini bisa terjadi karena kesalahpahaman, perbedaan nilai yang merupakan konflik awal, sangat dasar, dan sangat sulit untuk mencari penyebab konflik tersebut. Ada beberapa bentuk konflik internal, ada yang mengangkat masalah etnis atau sumber daya alam, keterbelakangan sosial, ekonomi, dan politik atau bisa juga permasalahan keagamaan.
I.6.2. Definisi Operasional
I.6.2.1. Imperialisme Ekonomi
Intervensi Inggris di atas memang tersamarkan oleh misi kemanusiaan yang diembannya, apalagi ini dilakukannya bukan hanya atas nama Inggris sebagai sebuah negara namun juga karena kedudukannya dalam berbagai organisasi internasional seperti Dewan Keamanan tetap PBB yang sangat menguntungkannya dalam meraih kepentingan. Inilah bentuk imperialisme ekonomi yang memang disengaja untuk memiskinan Sierra Leone yang berkonflik, melalui penghancuran struktur tepenting dari masyarakat dan negara serta pemunculan kembali elemen-elemen barbarisme. Pengerukan dan penjarahan selama berpuluh tahun terus dilakukan Inggris dan beberapa negara imperalis lain yang mempersenjatai tentara bayaran di berbagai negara yang mengalami perang permanen seperti Sierra Leone. Kesengajaan imperialisme ekonomi oleh negara-negara imperialis yang salah satunya adalah Inggris juga dibuktikan dengan dengan data bahwa delapan dari sepuluh negara penghutang terbesar telah menderita perang saudara dan konflik-konflik kekerasan sejak 1990 terutama di daerah sub-Sahara di Afrika (http://www.swaramuslim). Apalagi Inggris yang notabenenya adalah negara bekas penjajah Sierra Leone sehingga komitmennya untuk melakukan rekonstruksi dan intervensi sebagai wujud kepedulian pada Negara bekas koloninya tidak menmbulkan kecurigaan dari Negara lain tapi justru memicu simpati dan image positif sebagai penegak perdamaian.
I.6.2.2 Intervensi
Intervensi di sini telah dilakukan oleh PBB dengan mengadopsi “Kimberly Process” pada tahun 2002, yang bertujuan untuk mencegah masuknya berlian dari area konflik untuk masuk ke pasar legal dan Dewan keamanan PBB mengadopsi Resolusi 1306 pada 5 Juli 2000 untuk menghentikan impor langsung ataupun tidak langsung yang berhubungan dengan berlian dari negara Sierra Leone yang lepas dari kontrol pemerintahan Sierra Leone melalui Certificate of Origine Regime (Griffin dan Pustay 2005). Intervensi ini terjadi karena pemerintahan saat itu sangat lemah akibat manajemen yang kurang baik dan banyaknya pejabat korup sehingga kekacauan yang ditimbulkan para pemberontak tidak teratasi. Kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh Inggris untuk melakukan intervensi sekaligus memperoleh apa yang menjadi kepentingan nasionalnya, yaitu berlian. Keberadaan tentara bayaran Inggris dengan perusahaan kontraktornya juga diketahui telah bekerja di 40 negara dan ikut ambil bagian dalam sekurangnya 700 konflik dan peperangan di dunia (http://www.swaramuslim).
I.6.2.3 Perang Sipil
Perang sipil Sierra Leone yang bersifat internal telah banyak merambah ke berbagai negara (berdampak sekaligus melibatkan) dan menimbulkan aksi kekerasan di mana-mana untuk itu  organisasi internasional yaitu PBB terus berusaha menggalang kerjasama guna menyelesaikan konflik-konflik tersebut agar menjadi lebih efektif demi keamanan internasional. (http://www.inilah.com). Perang sipil ini seperti yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan pemberontakan akibat perebutan lahan tambang berlian antara pemberontak dengan masyarakat dan pemerintah, ketidakpuasan  pada kinerja pemerintah yang korup, kesalahan manajemen negara, tidak adil terhadap rakyat kecil, tidak memperhatikan masalah kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dll. Pada tahun 1990an Foday Sankoh mendirikan Revolutionary United Front (RUF). Berbagai aksi dilakukan oleh RUF untuk memberontak. Sehingga terjadi konflik antara RUF dengan pemerintah. Saat perang sipil ini terjadilah, intervensi Inggris dilakukan.
I.6.3 Tipe Penelitian
            Tipe penelitian ini adalah penelitian eksplanatif yang bermaksud menjelaskan variabel-variabel yang hendak diteliti serta menjelaskan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya (Suyanto & Sutinah, 2004). Variabel tersebut adalah imperialisme Inggris (MNC, tentara bayaran, dan pasukan perdamaian) serta perang sipil (konflik berlian dan kekerasan) di Sierra Leone.
I.6.4 Jangkauan Penelitian
Penelitian ini berusaha menjelaskan pengaruh berlian dalam memicu konflik di Sierra Leone dengan rentang waktu 1996-2006 karena pada tahun 1996 RUF kembali melakukan gerakan-gerakan perlawanan yang justru semakin parah karena menimbulkan kekacauan dengan melakukan pemotongan tangan pada saat pemilu agar masyarakat tidak dapat menggunakan tangannya untuk memilih pemimpin di Sierra Leone, karena mekanisme pemilihan umum di Sierra Leone adalah dengan membubuhkan tanda cap jempol di kertas pemungutan suara. Selain itu di tahun ini juga Executive Outcomes yang merupakan tentara bayaran yang  dibayar US$ 1,5 juta sebulan oleh pemerintah Sierra Leone untuk mengalahkan pemberontak RUF. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, para tentara bayaran itu dibantu dengan informasi yang dipasok oleh intelijen Afrika Selatan dan Inggris (dan pada tingkat tertentu juga Australia, Kanada, AS, dan Selandia Baru di bawah perjanjian antara Inggris-AS) dan 2006 adalah waktu perang sipil ini mulai dapat dikendalikan walaupun belum benar-benar selesai. Penulis juga akan memberikan sedikit penjelasan mengenai perkembangan terakhir kasus ini sampai pada tahun 2009, karena berbagai perdagangan illegal masih saja marak terjadi meskipun perang sipil ini dinyatakan berakhir paska ditahannya Presiden Liberia, Charles Taylor.
I.6.5 Teknik Pengumpulan Data
            Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan teknik studi kepustakaan (Suyanto & Sutinah 2004). Data yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan ini adalah data sekunder yakni data-data tertulis yang diperoleh dari buku, jurnal, artikel dan situs internet. 

I.6.6 Teknik Analisis Data
            Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif, ada yang berupa kata dan angka (Silalahi, 2006: 311).
1.6.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini akan disusun sebagai berikut:
1.                  BAB I. Merupakan metodologi penulisan penelitian yang tersusun atas latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran yang terdiri dari landasan teoritik, hipotesis, metodologi penelitian yang terdiri dari definisi konseptual dan definisi operasional, tipe penelitian, jangkauan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta sistematika penulisan.
2.                  BAB II. Merupakan pemaparan beserta penyajian data tentang imperialisme Inggris dalam perang sipil di Sierra Leone beserta peran PBB
3.                  BAB III berisi analisis data beserta beberapa bukti penguat yang disampaikan oleh para pakar mengenai dampak dari perang sipil maupun pengaruh imperialisme Inggris di dalamnya
4.                  BAB IV. Berisi kesimpulan dan saran berdasarkan analisis yang telah disampaikan pada kedua bab sebelumnya. Pada bab terakhir ini, penulis akan memberikan kesimpulan apakah hipotesis yang diajukan pada bab pertama terbukti atau tidak serta sedikit gambaran perkembangan kasus ini paska tahun 2006 sampai tahun 2009.

Daftar Pusaka
Anonim. 2005. Afrika Surga Kudeta dan Tentara Bayaran diakses melalui www.infoanda.com
Anonim. Kontradiksi-kontradiksi Interimperialis diakses dari http://www.swaramuslim.net
Anonim. Sierra Leone: Alasan Sebenarnya dari Intervensi Inggris diakses melalui http://en.internationalism.org
Anonim. Tentara Bayaran AS dan Proyek di Dunia Islam (bag 4) diakses dari http://www.swaramuslim.net
Bektiati, Bina. Berlian itu Perang Abadi. The Economist, All Africa, BBC, The Guardian, The New York Times diakses dari http://www.majalah.tempointeraktif.com
Blom, A., dan J. Yamindou. 2001. Sejarah Singkat Konflik Bersenjata dan Dampak terhadap Keanekaragaman Hayati di Afrika Tengah diakses dari www.infoanda.com
Cunningham, Dominic dan Reid. 2006. The Diamonds of War diakses dari http://www.diamond-experts.com 
Galtung, Johan. 1960. Violence, War, and Their Impact On Visible and Invisible Effects of Violence dalam http://www.dadalos.org
Internet di akses pada 8 Juli 2010
Litvinsky, Marina. Menyingkirkan Kutukan Sumber Daya Alam. Harian Flores Pos diakses dari http://www.infoanda.com
Mark Tran Imperialisme baru di Sierra Leone diakses melalui www.guardian.uk
Peta Sierra Leone diakses dari http://www.geology.com
Ramitha, Vina. 2009. Berlian Berlumur Darah & Sengketa diakses dari http://www.inilah.com
Skidelsky, Robert. The Lost Continent diakses dari www.project-syndicate.org. 

Buku
Diamond Town in the Rough. Wall Street Journal 5 Juli 2001 hal. B1 dalam Ricky W. Foreign Policy Magazine
Griffin dan Michael W. Pustay 2005. Bisnis Internasional jilid 1 PT Indeks
Noam Chomsky. 2006. Failed States: The Abuse of Power and the Assault on Democracy Australia: Crows Nest.
Patrick Morgan, 1982.Theories and Approaches to International Politics: What Are We Think? New Brunswick: Transaction
Plano, Jack C. 1982. The International Relation Dictionary. England: Clio press Ltd
                       Stein, Janice Gross. 2001. Psichological Explanations of International Conflicts dalam Handbook of International Relations, eds Walter Carlsnaes, Thomas Risse, dan Beth A. Simmons. Wiltshire: SAGE.
Suyanto, Bagong dan Sutinah (eds). 2004. Metode Penelitian Sosial ; Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media Group.


[1] Menurut Noam Chomsky dalam Failed States: The Abuse of Power and the Assault on Democracy (Crows Nest, NSW Australia: 2006), setidaknya ada dua karakter utama yang membuat negara tertentu dapat disebut sebagai failed state. Pertama, negara yang tidak memiliki kemauan atau kemampuan melindungi warga negara dari berbagai bentuk kekerasan, dan bahkan kehancuran; tidak dapat menjamin hak-hak warga negara baik di Tanah Air sendiri maupun di luar negeri; dan tidak mampu menegakkan dan mempertahankan berfungsinya institusi-institusi demokrasi. Sierra Leone ditetapkan sebagai Negara gagal pada tahun 2006 menurut Foreign Policy Magazine.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar